Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Adik dari Seorang Polisi yang Menyerang Polisi secara Beringas

Kompas.com - 21/10/2016, 07:42 WIB
Akhdi Martin Pratama

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pagi itu, Kamis (20/10/2016) tiba-tiba kawasan Jalan Perintis Kemerdekaan, Cikokol, Tangerang, dibuat heboh oleh aksi nekat seorang remaja berusia 21 tahun.

Ya, pemuda itu adalah SA. Adik dari dua anggota polisi Polres Tangerang tiba-tiba secara membabi-buta menyerang tiga orang anggota polisi yang berada di pos polisi lalu lintas di dekat kawasan pendidikan Cikokol.

Perselisihan itu bermula ketika SA menempelkan stiker berbentuk lingkaran dengan gambar mirip lambang ISIS ke dinding pos polisi.

Mengetahui itu, Kanit Dalmas Polres Metro Tangerang Inspektur Satu Bambang Haryadi dan anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Tangerang Bripka Sukardi, menghampiri dan meminta SA mencopot stiker yang ditempelnya.

Bukannya mencopot stiker, SA secara tiba-tiba malah menyerang keduanya menggunakan sebilah golok. Akibat serangan secara mendadak itu, Bambang dan Sukardi mengalami luka tusuk.

Melihat rekannya diserang, Kapolsek Tangerang Kota, Kompol Effendi yang kebetulan berada di dekat lokasi berusaha menahan serangan SA. Bukannya berhenti menyerang, SA malah langsung menyerang Effendi. Effendi ditusuk oleh SA di bagian dada. (Baca: Penusuk Kapolsek di Tangerang Punya 2 Kakak Anggota Polisi)

Merasa korban semakin beringas, Effendi akhirnya terpaksa menembak SA di kedua pahanya. Tertembak di kedua paha, SA masih terus melakukan perlawanan, hingga akhirnya SA roboh setelah ditembak dibagian perutnya.

Akibat penyerangan itu, Effendi mengalami luka tusuk di bagian dada. Sedangkan Bambang mengalami luka di dada kiri dan punggung kiri, dan Sukardi terluka di punggung kanan serta lengan kanan.

Ketiganya langsung dibawa ke Rumah Sakit Siloam untuk mendapatkan perawatan secara intensif. Sementara itu, SA dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur, namun saat di tengah perjalanan SA tewas karena diduga kehabisan darah.

Belum diketahui secara pasti apa motif dari penyerangan itu. Kapolres Metro Tangerang Komisaris Besar Irman Sugema menduga SA terlibat jaringan radikal ISIS.

"Mengarah dugaan sementara jaringan ISIS, kalau melihat stiker yang ditempel tadi di pos polisi," kata Irman kepada wartawan, di lokasi. (Baca: Sebelum Menyerang Polisi, Pelaku Menempel Stiker Mirip Lambang ISIS)

Tak hanya itu, polisi juga menemukan benda yang diduga bom pipa di dekat lokasi kejadian. Beruntung, bom yang masih aktif tersebut tak sempat meledak.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, bom aktif yang ditemukan di lokasi berdaya ledak cukup besar. Bom itu bisa melukai bahkan membunuh manusia.

"Kalau mengenai tubuh kita, ya lumayan. Perut bisa bolong," ujar Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Boy menambahkan, polisi masih mempelajari kandungan dan isi bahan peledak itu. Selain itu, polisi juga masih menyelidiki dari mana SA mendapatkan bom tersebut. Dari pendalaman itu pula, penyidik bisa mengembangkan apakah SA terafiliasi dengan kelompok tertentu.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Polisi Tangkap Pemalak Sopir Truk yang Parkir di Jalan Daan Mogot

Megapolitan
Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Setuju Jukir Liar Minimarket Ditertibkan, Anggota DPRD DKI: Meresahkan

Megapolitan
'Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal'

"Budaya Kekerasan di STIP Tak Ada Kaitannya dengan Dunia Kerja di Kapal"

Megapolitan
4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Pemerataan Air Bersih di Jakarta, Mungkinkah?

Megapolitan
Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Begini Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Bertambah 3, Kini Ada 4 Tersangka Kasus Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas

Megapolitan
Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Tak Ingin Gegabah dalam Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Polisi Bantah Senior Penganiaya Taruna STIP hingga Tewas adalah Anak Pejabat

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 9 Mei 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

[POPULER JABODETABEK] Cerita Eks Taruna STIP soal Lika-liku Perpeloncoan oleh Senior | Junior di STIP Disebut Wajib Panggil Senior dengan Sebutan “Nior”

Megapolitan
Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Rute Transjakarta 10A Rusun Marunda-Tanjung Priok

Megapolitan
Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Cikuray, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Bantah Pernyataan Ketua STIP soal Tak Ada Lagi Perpeloncoan, Alumni: Masih Ada, tapi pada Enggak Berani Berkoar

Megapolitan
Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Remaja Tusuk Seorang Ibu di Bogor Hingga Pisau Patah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com