"Kepemimpinan yang akan dihadirkan adalah yang bisa mengeksekusi rencana, bukan yang memesona sosial media. Jadi kira-kira kalau diambil 10-20 program untuk kelas menengah, jalanlah glorifikasi itu. Tapi datanglah kampung-kampung miskin itu...," kata Anies.
Anies juga menekankan rendahnya rasio gini atau ketimpangan Jakarta yang mencapai 0,411. Anies mengatakan angka yang sama dipegang Tunisia ketika gelombang Arab Spring tahun lalu.
Ia mengatakan kemajuan harusnya dialami semua, bukan sebagian.
"It's a time bomb. Saya datang ke tempat orang miskin di pelosok, di pesisir, kemiskinan diiringi rasa bahagia dan harapan. Di sini keputusasaan, lain sekali rasanya, seorang gubenrur harus bisa membendung itu semua," ujar Anies.
Anies memaparkan kekurangan Jakarta lainnya seperti keamanan kota, air bersih, dan inflasi. Bagi Anies, prestasi-prestasi pemerintah untuk kelas menengah menampilkan citra yang baik lewat gaungnya yang kencang.
Namun kelompok miskin tetap tak tersentuh. Anies juga menyampaikan bahwa ia akan mengedepankan partisipasi publik dalam membangun Ibu Kota. Partisipasi publik, lanjut dia, secara langsung akan membangun budaya antikorupsi dan kerja yang bertanggung jawab.
"Bagaimana kita tahu (kinerja pemerintah)? Itu masalahnya. Justru yang saya mau bangun ekosistem di Jakarta lewat informasi. Kelurahan saya tahun ini dapat uang berapa? Rencananya apa?. Kalau enggak jalan, yang marah siapa? Gubernurnya atau warganya? Itu perbedaannya," katanya.
Anies lantas menceritakan pengalamannya saat masih menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika itu, Anies kerap minta ditemani non-PNS setiap kunjungan kerja beberapa hari ke daerah-daerah.
"Supaya ada kontrol dekat. Kalau yang ikut rakyat itu moral pressure langsung hadir," ucap dia.
Mencari orang baik
Lalu, bagaimana Anies yakin konsep-konsepnya soal Jakarta bisa terlaksana? Anies bertumpu pada kondisi-kondisi yang menurutnya bisa membuatnya menang. Jakarta dinilainya memiliki lingkup yang lebih sempit dari daerah lain sehingga masyarakatnya lebih mudah dijangkau.
"Kalau ini pilkadanya di Jawa Barat mboten mawon, lha mau jangkau dari Kuningan, Cirebon, Depok, Bekasi, enggak mungkin dikerjain. Kemudian penetrasi online-nya rendah. Tetapi kalau Jakarta, satu hari bisa ke mana saja, saya merasa connectivity-nya," kata Anies
Kedua, menurut Anies, ia merasa beruntung bisa didukung oleh dua partai, yakni Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Anies tak bisa membayangkan rumitnya konsolidasi dengan banyak partai.
"Enggak rumit, saya enggak bisa membayangkan didukung lima partai menyamakan semuanya. Dua-duanya (Gerindra dan PKS) bekerja dengan kedisiplinan tinggi dibanding partai-partai lain," kata Anies.
Hal ketiga, banyak teman Anies dari luar partai politik yang mau turun tangan bekerja untuknya. Menurut Anies, mereka yang tergabung dalam tim pemenangan ini bisa mengampanyekan ke publik soal kinerja Anies selama menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.