Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadis Tata Air: Sanusi Minta Pembayaran ke Perusahaan Temannya Dipercepat

Kompas.com - 31/10/2016, 14:15 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Teguh Hendarwan mengatakan, terdakwa kasus pencucian uang, Mohamad Sanusi, pernah menelepon dia saat Sanusi masih menjabat sebagai Ketua Komisi D DPRD DKI.

Sanusi meminta kepada Teguh untuk mempercepat proses pembayaran proyek kepada PT Wirabayu Pratama, perusahaan yang dipimpin teman Sanusi, yakni Danu Wira.

Adapun Danu menjabat sebagai Direktur Utama PT Wirabayu Pratama tersebut.

"Pak Sanusi minta bantuan ke saya untuk mempercepat ini, itu mintanya by phone. Dia bilang 'Tolong dipercepat proses pembayaran Pak Danu'," ujar Teguh saat menjadi saksi di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Senin (31/10/2016).

(Baca juga: Kepala Dinas Tata Air dan Dirut Perusahaan Rekanan Jadi Saksi Sidang Sanusi)

Dalam hal ini, PT Wirabayu Pratama mengerjakan proyek pengadaan pompa di 3 titik senilai Rp 14 miliar.

Setelah pengerjaannya selesai, Danu Wira menagih pembayarannya kepada Teguh.

Namun, Teguh enggan membayar karena setelah diperiksa ke lapangan, kondisi di lapangan tidak sesuai dengan perjanjian.

Teguh mengatakan, Sanusi menelepon dia sampai tiga kali terkait pembayaran kepada PT Wirabayu Pratama itu.

"Kemudian saya jawab, 'Maaf Pak, pekerjaannya tidak layak dan saya tidak berani untuk membayar'," ujar Teguh.

Ketika itu, Teguh tidak mengetahui hubungan antara Sanusi dan Danu. Dia pun tidak berminat untuk menanyakan hal itu.

Dia hanya berpikir untuk mengikuti proses sesuai peraturan yang ada.

Adapun nama Danu Wira berkali-kali disebut dalam sidang sebelumnya. Danu disebut membayar sejumlah aset untuk Sanusi dalam jumlah besar.

(Baca juga: Kesaksian Pegawai Biro Jasa STNK yang Diminta Sanusi Urus Balik Nama Jaguar dan Audi A5)

Dalam kasus ini, Sanusi didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang.

Dia diduga melakukan pencucian uang dengan membeli lahan, bangunan, dan kendaraan bermotor.

Salah satu sumber pendapatan terbesar Sanusi dalam kasus pencucian uang adalah dari perusahaan rekanan Dinas Tata Air Provinsi DKI Jakarta.

Jumlah dana yang diduga terkait tindak pidana pencucian uang ini mencapai Rp 45 miliar.

Kompas TV Sidang Suap Reklamasi Hadirkan Istri Sanusi

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com