JAKARTA, KOMPAS.com - Calon wakil gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, menggunakan kesempatan blusukan untuk menanyakan permasalahan di lokasi kepada ketua RT atau RW setempat.
Seperti saat blusukan di Pejagalan, Jakarta Utara, Kamis (3/11/2016), Djarot mendengar keluhan Ridwan, ketua RW di sana. Seperti dokter yang menerima pasien, Djarot menanyakan apa keluhan Ridwan.
"Oke Bapak, di sini problem-nya apa?" tanya Djarot kepada Ridwan.
Selama proses dialog itu, Djarot tidak pernah lepas dari buku catatan kecil yang dipegangnya. Djarot menuliskan pokok-pokok permasalahan yang disebut Ridwan ke dalam buku catatan tersebut.
Kebetulan Ridwan curhat soal tradisi keagamaan Budha di wilayahnya. Di sana, mayoritas warga beragama Budha dan melakukan prosesi keagamaan yang melibatkan aktivitas pembakaran.
Ridwan mengatakan warga sekitar sudah hidup penuh toleransi. Hanya saja sering terganggu dengan asap hasil pembakaran itu.
Kebetulan, di sana ada sebuah waduk. Djarot menyarankan untuk membuat lokasi khusus di dekat waduk untuk warga Budha menjalankan ibadahnya.
"Pak, ini kalau dibuat tempat khusus bagaimana? Nanti bicarakan dulu sama warga kan aku enggak ngerti boleh atau tidak dalam agama kalau digabung. Tanyakan dulu," ujar Djarot.
(Baca: Lihat Bangunan Liar Saat Kampanye, Djarot Jadi Ingin Menertibkan)
Djarot meminta ketua RW untuk mengabarinya terkait kelanjutan masalah itu. Setelah berjalan beberapa meter, Djarot masuk ke sebuah permukiman yang dipenuhi bangunan liar.
Melihat itu, Djarot sempat terdiam sesaat dan menggelengkan kepala. Dia pun mencari-cari ketua RT setempat. Tidak lama kemudian, datanglah Hengky Sumardi yang merupakan ketua RT di permukiman itu.
"Begini Pak, ini bagaimana menata kampung ini?" ujar Djarot kepada Hengky.
Djarot pun mulai menanyakan rencana untuk melakukan penertiban di kawasan itu.
"Kalau kita lakukan normalisasi, kasih tempat layak, bagaimana?" tanya Djarot kepada Hengky.
Hengky menjawab pada dasarnya warga bisa diajak berdiskusi. Jika ingin melakukan penggusuran, Hengky meminta Djarot tidak asal bongkar melainkan berdiskusi dulu dengan warga.
Kemudian, Djarot meminta ajudannya untuk menyimpan nomor kontak Hengky. Tujuannya agar bisa dihubungi untuk menyelesaikan persoalan bangunan liar di sana.
"Iya disuruh Bapak simpan nomornya. Kan ada masalah bangunan liar tadi, supaya bisa dikontak," ujar ajudan Djarot.
Bukan hanya menyapa warga
Bagi Djarot, blusukan bukan hanya untuk menyapa warga dan mencari dukungan untuk pilkada. Kebiasaannya yang selalu mecatat persoalan warga dia sebut bukti keseriusan untuk membenahi persoalan.
"Lho, kalau enggak dicatat nanti aku lupa. Ini harinya aku tulis, lokasinya di mana, host-nya siapa, persoalanya apa, aku tulis. Kita ini maksudnya kan untuk ditindaklanjuti, masa omong doang?" ujar Djarot.
Setelah cuti kampanye selesai, Djarot akan aktif kembali sebagai wakil gubernur hingga Oktober 2017 nanti.
Blusukan ini dia jadikan kesempatan untuk melihat langsung persoalan di bawah tanpa perlu didampingi lurah. Tanpa ada camat dan lurah, Djarot bisa melihat masalah dengan jelas dan apa adanya.
Djarot berjanji akan berusaha menyelesaikan satu per satu masalah yang ditemui di lapangan saat sudah aktif kembali menjadi wakil gubernur.
"Lah ini ketika aku sudah aktif lagi kan jadi tahu masalah apa yang harus dieksekusi. Dengan ini, bukan hanya laporan via whatsapp saja, kita tahu kondisi langsung lapangan," ujar Djarot.