Namun, informasi tentang berbagai jenis makanan yang menggunakan daging ikan sapu-sapu sebagai bahan dasarnya agaknya mengusik sebagian pedagang makanan.
Ramin (37), pedagang siomay di Senayan, Jakarta, membantah jika ikan sapu-sapu menjadi salah satu bahan baku siomay. Sebab, dia membuat siomay dari ikan tuna.
"Saya bicara apa adanya," ucap Ramin yang sudah 17 tahun berjualan siomay.
Tidak jelas
Asal muasal ikan sapu-sapu itu tidak jelas. Menurut Sayuti (63), Ketua Komunitas Ciliwung "Jawara Ciliwung" di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, ikan itu berkembang biak di Ciliwung gara-gara ada peternakan ikan sapu-sapu di daerah Bogor yang jebol dan ikannya nyemplung ke Ciliwung. Itulah cerita yang beredar dari mulut ke mulut tentang asal-usul sapu-sapu.
"Kalau pas limbahnya banyak, ikan sapu-sapunya banyak. Tetapi, pas limbahnya sedikit, ikan sapu-sapunya jarang. Saya pernah makan ikan sapu-sapu. Rasanya cukup enak. Rata-rata orang yang tinggal di pinggir Ciliwung pernah makan," kata Sayuti yang sudah puluhan tahun tinggal di pinggir Sungai Ciliwung.
Royani (61), Ketua Gerakan Masyarakat Bersih Sungai Ciliwung (Gema Bersuci) yang ada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengungkapkan, populasi ikan sapu-sapu mulai meledak sejak Kali Ciliwung mengalami pencemaran berat.
"Ikan sapu-sapu mulai kelihatan sekitar tahun 1977. Dulu saat dijala warga, ikan ini masih laku dijual dengan harga tinggi karena biasa dipelihara untuk (membersihkan) akuarium," ujarnya.
Royani yang menjadi saksi mata perubahan Kali Ciliwung melanjutkan, ikan sapu-sapu bukan ikan yang habitat aslinya di Kali Ciliwung. Sebelum muncul sapu-sapu, ikan yang sering terlihat di Kali Ciliwung antara lain ikan baung, ikan lopis, dan ikan tawes.
"Kalau sekarang ini, setiap Ciliwung lagi kotor, pasti ikan sapu-sapunya banyak," ungkap Royani.
Guru Besar Manajemen Sumber Daya Perairan Institut Pertanian Bogor Prof Sulistiono menilai, keberadaan biota mengekspresikan lingkungan di sebuah ekosistem. Banyaknya ikan sapu-sapu di Ciliwung yang bukan habitat aslinya menunjukkan adanya pencemaran pada sungai tersebut.
"Ikan sapu-sapu ini yang paling tahan terhadap kondisi lingkungan yang tercemar atau pada ekosistem yang stres," tuturnya.