JAKARTA, KOMPAS.com - Kurang dari sebulan lagi pemilihan kepala daerah DKI Jakarta akan digelar. Mereka yang berkompetisi tentunya bekerja lebih keras menjelang hari pemilihan.
Siapa saja otak dan tenaga di balik pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur nomor tiga, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno?
Tim pemenangan
Dalam struktur pemenangan yang dilaporkan ke KPU Jakarta, Mardani Ali Sera dari PKS menduduki Ketua Tim Pemenangan. Wakilnya ada Edi Prabowo, Sakhir Purnomo, dan M Taufik. Sekretarisnya adalah Syarif, dengan Wakil Iie Sumirat, Anggawira, dan Agung Yulianto.
Sementara di kursi Ketua Bendahara ada Satrio Dimas Adityo, dengan wakilnya Nashrullah, Novita Dewi, dan Iman Satria.
Adapun dalam struktur lengkap, ada bidang-bidang lain yang diisi dengan puluhan relawan. Seperti Bidang Teritori dan Jaringan yang mengatur strategi kampanye. Bidang ini diketua oleh Khaerudin.
Kemudian ada Bidang Logistik yang diketuai oleh Husni Thamrin. Di Bidang Media, ada Hartono dari PKS selaku Ketua. Wakilnya, Firman Yusak yang sering kali bekerja di balik layar membuat pers rilis.
Di antara anggotanya, ada Raditya Pratama dan Anthony Leong yang banyak bergerak di media sosial.
Tim Kampanye
Di Bidang Sosialisasi dan Kampanye yang selama ini mengatur kampanye harian Anies-Sandi, ada Yudha Permana dari Tidar, sayap Gerindra yang bertanggung jawab atas jadwal dan kegiatan kampanye.
Tugas dari bidang ini memastikan kampanye berjalan lancar. Mereka yang ada di lapangan, selalu mendampingi Anies maupun Sandi, dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan kampanye.
Di Bidang Advokasi dan Hukum, ada Agus Otto yang mengetuai belasan advokat yang mengurus legalitas Anies-Sandi.
Di Bidang data dan Saksi, ada Ade Suherman yang memetakan daftar pemilih dan memastikan tidak ada suara yang hilang pada 15 Februari 2017 nanti.
Juru Kampanye dan Juru Bicara
Dari PKS, lebih banyak lagi. Ada Salim Assegaf Al-Jufri, Hidayat Nur Wahid, Sohibul Iman, Mustafa Kamal, Triwisaksana, Syakir Purnomo, hingga Ledia Hanifah.
Sementara mereka yang tidak tergabung dalam partai seperti Boy Sadikin, Anthony Leong, Pandji Pragiwaksono, M Idrus, Hekmalia Putri, Hengki Kurniawan, hingga Reza Artha, mengisi kelompok relawan.
Tim khusus Anies-Sandi tak main-main mengisi bangku pemainnya. Di posisi tim khusus dan dewan pakar, sejumlah tokoh memberi masukan dan membantu menyiapkan materi debat.
Tujuh belas dewan pakar Anies-Sandi adalah mantan Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja; ahli hukum persaingan usaha Rikrik Rizkiyana; entrepreneur dan start up coach Faransyah Agung Jaya; ahli perencanaan wilayah dan kota Adhamaski Pangeran; mantan wartawan Eman Sulaeman dan Linda Djalil; ahli transportasi Achmad Izzul Waro dan Ali Sunandar; serta sosiolog dari Universitas Indonesia, Sukma Widyanti.
Selain itu ada profesional di bidang strategi pemasaran, telekomunikasi, teknologi informasi, dan dunia digital Arie Mufti; wirausaha dan konsultan manajemen Anang Kelanajaya; Irwan Pulungan yang ahli di bidang sustainability dan lingkungan; aktivis lingkungan Reiza Patters; praktisi media dan komunikasi yang merupakan mantan timses Jokowi-Ahok, Budi Purnomo; Ida Sutoyo yang berpengalaman di bidang public relation dan jurnalistik; serta pegiat marketing politik Iwan Setyawan.
Anies-Sandi juga menggunakan jasa lembaga penelitian. Sebut saja PolMark Indonesia yang dipimpin Eep S Fatah.
Pada Oktober 2016, lembaga riset ini menunjukkan Ahok-Djarot memiliki elektabilitas 31,9 persen, Anies-Sandi 23,2 persen, dan Agus-Sylvi 16,7 persen. Selain PolMark, ada pula survei lain yang enggan dirilis oleh Anies-Sandi seperti Stin, Indonesia Lima, dan survei internal.
Soal dana, Anies-Sandi rutin melaporkan pemasukan dan pengeluarannya. Data terakhir menunjukkan 100 persen pemasukan dana kampanye pada Desember 2016 berasal dari.
Ada pun pemasukan dana kampanye per 30 November 2016 sebelumnya sebesar Rp 19,01 miliar. Ada pun pemasukan dana kampanye Anies-Sandi dari Oktober sampai Desember 2016 mencapai Rp 47,6 miliar.
Pemasukan itu bersumber dari pasangan calon mencapai 97 persen, yakni Sandiaga Rp 44,8 miliar dan dan Anies Rp 400 juta.
Sementara sumbangan dari Partai Gerindra Rp 750 juta dan Partai Keadilan Sejahtera Rp 350 juta. Ada pun sumbangan dari badan hukum sebesar Rp 358 juta.
Hingga akhir November itu, pertemuan tatap muka atau sosialisasi dengan warga menjadi pengeluaran terbesar, yaitu 39 persen atau sekitar Rp 7,11 miliar.
Mereka mengefisiensi kebutuhan kampanye dengan tidak pernah menyewa panggung dengan peralatan audio. Modalnya, sering kali hanya bangku plastik dan megaphone.
Setelah pertemuan tatap muka dengan warga, pengeluaran terbesar kedua habis pada penyebaran bahan kampanye kepada umum sebesar Rp 6,65 miliar. Bahan kampanye yang dimaksud berupa banner, spanduk, kaos, dan poster.
Anies-Sandi tidak mengalokasikan dana kampanye sama sekali untuk iklan di media massa, rapat umum, maupun pembelian kendaraan dan pembelian aset.
Untuk pembelian peralatan yang tidak dirincinya, pasangan Anies-Sandiaga menghabiskan Rp 16,5 juta.
Gaji untuk konsultan dan survei internal sendiri masuk ke dalam pos kegiatan lain yang tidak melanggar larangan kampanye dan peraturan perundang-undangan, dan lain-lain, yang jika dijumlahkan sebesar Rp 3,21 miliar.