Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Senen dari Masa ke Masa

Kompas.com - 20/01/2017, 08:40 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asap hitam membumbung tinggi ke langit di atas Pasar Senen, Jakarta Pusat, pada Kamis (19/1/2017) pagi kemarin. Lidah-lidah api yang berwarna merah dan oranye juga tampak jelas. Pasar Senen kembali terbakar.

Para pedagang panik dan menangis. Ada yang berjuang untuk menyelamatkan barang dagangan yang tersisa. Ada pula yang tampak pasrah.

Sejarah Panjang

Sejarah keberadaan Pasar Senen bermuka sekitar 270 tahun lalu. Pasar itu didirikan di atas lahan salah seorang anggota Dewan Hindia Belanda, Cornelis Chastelein, dan diarsiteki Yustinus Vinck.

Pasar Senen dibangun bersamaan dengan Pasar Tanah Abang. Dulu, Pemerintah Hindia Belanda membuat segregasi fungsi kedua pasar itu. Pasar Tanah Abang untuk jual-beli pakaian, sedangkan Pasar Senen untuk kebutuhan sehari-hari.

Mayoritas pedagang di Pasar Senen di masal awal berdiri berasal dari etnis Tionghoa.

Penamaan Pasar Senen tak luput dari aktivitas pasar yang dulu hanya dibuka pada hari Senin. Karena ada minat besar masyarakat pergi ke pasar akhirnya pasar itu dibuka pada hari-hari lain. Pasar itu pun berkembang dan bertahan hingga kini.

Meski tak berkaitan langsung, kawasan Pasar Senen kerap dikaitkan dengan kelompok intelektual muda di masa kemerdekaan hingga seniman kenamaan Indonesia. Maklum, kawasan di sekitar Pasar Senen itu menjadi tempat favorit untuk berkumpul.

Pada 1930-an, para intelektual muda seperti Adam Malik, Chairul Saleh, Mohamad Hatta hingga Soekarno sering berkumpul di kawasan sekitar Pasar Senen. Sementara para sastrawan dan pujangga yang dikenal “Seniman Senen” antara lain Ajib Rosidi, Wim Umboh, serta Sukarno M Noor. Mereka rutin berkumpul di sekitar Pasar Senen.

Pasar Senen terus berbenah. Pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta (tahun 1960-an), Pasar Senen dimasukkan dalam gagasan besar “Proyek Senen”.  Ali Sadikin melengkapi Proyek Senen dengan sejumlah fasilitas pendukung seperti Terminal Senen.

Pembangunan itu untuk memfasilitasi masyarakat berkunjung ke Proyek Senen.

Pada masa itu, Pasar Senen pun ramai. Apalagi di sekitar kawasan Pasar Senen muncul bioskop, seperti Bioskop Grand, dan kemudian pasar loak.

Pada tahun 1980-an Matahari Department Store menempati tiga lantai pasar itu. Matahari menjual barang-barang seperti kemeja Arrow, Piere Cardin,  Cardinal dan celana jeans Levi’s, Tira, dan sepatu Scorpion.

Barang-barang elektronik juga tersedia di sana.

"Singkat kata, Proyek Senen di tahun 1980-an hingga akhir 1990-an adalah pusat belanja yang sudah menerapkan one stop shopping. Mau belanja apa saja ada. Dari yang kelas murahan di pasar inpres di sisi utara gedung Pasar Senen hingga yang branded untuk zaman itu,” tulis Kompas Siang dalam laporan tentang Pasar Senen pada 28 Maret 2014.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com