JAKARTA, KOMPAS.com – Pembangunan guiding block atau jalur pemandu di trotoar DKI Jakarta belum sepenuhnya ramah penyandang tunanetra.
Masih banyak ditemui fasilitas yang terputus karena tiang. Terkait masalah ini, Pihak Dinas Bina Marga DKI Jakarta akan bertahap membenahi.
“Memang belum sepenuhnya sempurna. Maka, pelan-pelan akan diperbaiki,” ujar Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Kelengkapan Prasarana Jalan Dinas Bina Marga DKI Jakarta Ricky Janus saat ditemui Kompas.com, Rabu (25/1/2017).
Sebelumnya, pengamat transportasi Djoko Setijowarno saat dihubungi Kompas.com, Selasa (24/1/2017), mengatakan bahwa baru sedikit trotoar di wilayah Jakarta yang memiliki fasilitas guiding block sesuai standar.
"Salah satu yang bagus dan sesuai standar ada di sepanjang Jati Baru sampai Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun sayangnya, ada juga yang terkesan dipasang asal. Bahkan terpasang tiang listrik di tengah," ujar Djoko.
(Baca juga: Pemasangan "Guiding Block" di Jakarta Dinilai Asal-asalan )
Ricky mengakui bahwa saat ini memang banyak jalur pemandu yang terputus karena ada tiang di bagian tengahnya. Hal itu terjadi karena pembangunan tiang dilakukan setelah guiding block selesai dibangun.
Dinas Bina Marga sudah memiliki program koordinasi dengan instansi terkait untuk perbaikan dan pemindahan existing facility—fasilitas yang sudah ada atau baru dibangun di trotoar—yang kebetulan bertabrakan dengan jalur pemandu.
“Pemanfaatan trotoar itu ada banyak. Selain untuk pejalan kaki, ada juga untuk existing facility, seperti tiang listrik, ruangan hijau, hingga rambu-rambu. Nah kami harus atur dan berkoordinasi dengan instansi terkait agar jalur pemandu bisa membuat nyaman para penyandang tunanetra,” kata Staf Seksi Perencanaan Kelengkapan Prasarana Jalan dan Jaringan Utilitas Dinas Bina Marga DKI Jakarta Junardi EY.
“Ukurannya, mengikuti ukuran ergonomis manusia,” kata Junaedi lagi.
Ukuran ergonomis, kata Junaedi berhubungan dengan kenyamanan seseorang. Untuk trotoar, perincian pertimbangannya adalah minimal muat untuk dua orang bersimpangan di jalan, yakni 1,2 meter. Lalu, beri jarak 30 sentimeter (cm) agar ada jarak.
“Itu sudah 1,5 meter. Lalu, ditambah lagi dengan perabot jalan atau existing facility selebar 60 cm. jadilah 2,1 meter lebar (idealnya),” ujar Junaedi lagi.
Saat ini, kata Junaedi, secara bertahap, Bina Marga sudah memperlebar trotoar mengacu pada hitung-hitungan tersebut.
Namun, untuk fasilitas guiding block yang belum terpasang sesuai standar masih harus menunggu program yang disebutkan dia sebelumnya.
Fokus untuk penyandang disabilitas
Baru-baru ini, kata Ricky, lebar dan fasilitas trotoar atau ruang publik yang baru dibangun Dinas Bina Marga DKI Jakarta diujicobakan pada para penyandang disabilitas. Harapannya, pembangunan fasilitas bisa mendekati ideal.
“Saat kami buat sejenis mock-up—contoh awal—saat fasilitas baru terbangun 10 meter. Kami mengajak teman-teman dari Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN) bersama para penyandang disabilitas untuk mencobanya. Mereka banyak kasih saran,” ujar Ricky.
(Baca juga: Sudahkah Pemasangan ?Guiding Block? di Jakarta Sesuai Standar?)
Saran terbagi dalam dua hal. Pertama datang dari penyandang tunanetra yang berharap jalur pemandu rata leveling-nya.
Lalu, apabila ada penghalang seperti tiang atau pohon, ada baiknya diberikan penanda berhenti (warning block—ubin berpola titik-titik).
“Masukan kedua datang dari pemakai kursi roda. Mereka berharap kemiringan trotoar tidak ekstrem. Turunan atau tanjakan sebaiknya dibuat landai. Hal-hal itu membantu kami untuk membuat fasilitas yang ideal bagi mereka,” kata Ricky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.