Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilangnya Hak Suara dan Solusi untuk Putaran Kedua Pilkada DKI

Kompas.com - 21/02/2017, 07:45 WIB
Nursita Sari

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Pada waktu pemungutan suara Rabu (15/2/2017), banyak pemilih di DKI Jakarta yang kehilangan hak pilihnya. Mereka adalah warga yang masuk daftar pemilih tambahan (DPTb) dan akan mencoblos menggunakan e-KTP atau surat keterangan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta.

Para pemilih itu tidak bisa menggunakan hak suaranya karena surat suara dan waktu yang terbatas. Sesuai ketentuan, jumlah surat suara tambahan yang disediakan di setiap TPS yakni 2,5 persen dari jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di TPS tersebut. Sementara waktu yang disediakan untuk DPTb mulai pukul 12.00-13.00 WIB.

Para pemilih yang kehilangan hak suaranya tersebut mulai melapor ke Bawaslu DKI Jakarta. Hingga Senin (20/2/2017), ada ratusan pemilih yang melapor.

"Sampai saat ini sekitar 300 orang, belum termasuk yang via SMS pengaduan dan e-mail," ujar Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti kepada Kompas.com, Senin malam.

Mimah menuturkan, semua warga yang melapor akan dimintai keterangan dengan menunjukkan identitas asli. Dengan begitu, Bawaslu DKI Jakarta dapat memverifikasi bahwa warga yang melapor betul-betul warga DKI Jakarta yang mempunyai hak pilih.

Bawaslu DKI Jakarta nantinya akan merekomendasikan warga yang terverifikasi memenuhi syarat sebagai pemilih kepada KPU DKI Jakarta untuk dimasukkan ke dalam DPT putaran kedua apabila Pilkada DKI Jakarta berlangsung dua putaran.

Pendaftaran pemilih

KPU DKI Jakarta mengadakan rapat konsultasi dengan KPU RI pada Senin kemarin untuk mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu demi mengantisipasi terjadinya putaran kedua.

Salah satu hasil yang diputuskan melalui rapat konsultasi tersebut yakni pendaftaran pemilih untuk putaran dua Pilkada DKI Jakarta.

"Akan dilakukan pemutakhiran data pemilih secara terbatas," ujar Sumarno di sela rapat konsultasi tersebut.

Pemutakhiran data pemilih yang dimaksud yakni KPU DKI Jakarta tidak akan melakukan pencocokan dan penelitian dengan mendatangi rumah-rumah warga seperti yang dilakukan pada putaran pertama.

Warga DKI Jakarta, kata Sumarno, diminta aktif mendaftarkan diri melalui panitia pemungutan suara (PPS) di tingkat kelurahan atau yang nanti ditentukan. KPU DKI belum memutuskan waktu dan mekanisme pendaftaran karena masih dirumuskan.

"Nanti akan ada pendaftaran aktif. Jadi masyarakat kalau selama ini didatangi, nanti mereka mendatangi," ucap Sumarno.

Selain yang kehilangan hak pilihnya, warga DKI Jakarta yang baru berusia 17 tahun sebelum pemungutan suara putaran kedua juga memiliki hak pilih. Pemungutan suara putaran kedua rencananya digelar pada 19 April 2017 jika tidak ada gugatan ke Mahkamah Konstitusi.

Pemilih yang bersangkutan harus mendaftarkan dirinya melalui mekanisme yang ditentukan KPU DKI kemudian.

"Yang pada hari pemungutan suara 19 April itu berusia 17 tahun akan kami masukkan asal mereka mendaftar aktif," kata Sumarno.

Dengan demikian, yang akan masuk ke dalam DPT pada putaran kedua yakni DPT putaran pertama, DPTb putaran pertama, dan warga DKI yang memenuhi syarat namun belum bisa menggunakan hak suaranya pada putaran pertama.

Adapun putaran kedua akan digelar apabila tidak ada pasangan calon yang memeroleh suara 50 persen plus 1 pada putaran pertama.

Kompas TV Puluhan warga Jakarta, Sabtu (18/2) siang, berbondong-bondong menyambangi posko pengaduan tim Ahok-Djarot. Kedatangan mereka untuk melaporkan kesulitan-kesulitan saat pencoblosan di pemungutan suara 15 Februari lalu. Warga yang mengadu banyak mengeluhkan soal nama mereka yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap dan kurangnya sosialisasi syarat pencoblosan bagi warga yang belum terdaftar. Atas laporan warga ini, tim advokasi Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat mengatakan akan membawa laporan ini ke Bawaslu DKI Jakarta. Bawaslu DKI Jakarta telah menerima laporan sejumlah pelanggaran pada putaran pertama pilkada Jakarta. Setelah menerima laporan, Bawaslu DKI Jakarta akan mengevaluasi untuk memperbaiki pelaksanaan putaran kedua pilkada nanti. Sejumlah laporan yang telah diterima bawaslu, antara lain soal banyak warga yang tak bisa menggunkan hak pilih pada putaran pertama. Sementara itu, rombongan tim advokasi bersama perwakilan warga Jakarta pendukung pasangan calon nomor urut dua menggeruduk kantor Bawaslu DKI Jakarta di Sunter, Jakarta Utara. Kedatangan mereka bertujuan untuk mengadukan pelangaran yang menurut mereka terjadi saat pilkada Rabu lalu. Warga protes karena nama mereka tidak terdaftar di DPT, meski pada pilkada serta pilpres beberapa tahun lalu ikut berpartisipasi. Tak hanya itu, sejumlah warga juga terdaftar di TPS yang tidak sesuai dengan alamat mereka. PDI Perjuangan meminta KPU Jakarta melakukan pendataan ulang terhadap warga yang tak bisa menggunakan hak pilihnya pada pilkada DKI jakarta lalu. Kekecewaan banyak warga yang tak bisa menggunakan hak pilihnya harus menjadi bahan evaluasi KPU DKI Jakarta sehingga pada pilkada putaran kedua nanti, warga Jakarta bisa menggunakan suaranya untuk memilih pemimpin Ibu Kota yang baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Orangtua Calon Taruna Minta Kemenhub Tinjau Ulang Moratorium Seleksi Mahasiswa Baru

Megapolitan
436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna Hingga Tewas

436 Mahasiswa Baru Terancam Gagal Masuk STIP Imbas Kasus Penganiayaan Taruna Hingga Tewas

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 16 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

“Kalau Belum Punya Istri dan Anak, Saya Juga Enggak Mau Jadi Jukir Liar Minimarket”

Megapolitan
Ratusan Miliar Rupiah Uang Parkir Liar di Jakarta Diduga Mengalir ke Ormas hingga Oknum Aparat

Ratusan Miliar Rupiah Uang Parkir Liar di Jakarta Diduga Mengalir ke Ormas hingga Oknum Aparat

Megapolitan
Pejabat Kemenhub Dilaporkan Istrinya ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama

Pejabat Kemenhub Dilaporkan Istrinya ke Polisi atas Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Protes Jukir Liar Minimarket Saat Ditertibkan | Pengakuan Jukir Uang Parkir Masuk Kas RT dan Ormas

[POPULER JABODETABEK] Protes Jukir Liar Minimarket Saat Ditertibkan | Pengakuan Jukir Uang Parkir Masuk Kas RT dan Ormas

Megapolitan
Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Motor dan STNK Mayat di Kali Sodong Raib, Keluarga Duga Dijebak Seseorang

Megapolitan
Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Terganggu Pembangunan Gedung, Warga Bentrok dengan Pengawas Proyek di Mampang Prapatan

Megapolitan
Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Ponsel Milik Mayat di Kali Sodong Hilang, Hasil Lacak Tunjukkan Posisi Masih di Jakarta

Megapolitan
Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Pakai Seragam Parkir Dishub, Jukir di Duri Kosambi Bingung Tetap Diamankan Petugas

Megapolitan
Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada 'Study Tour' ke Luar Kota

Sekolah di Tangerang Selatan Disarankan Buat Kegiatan Sosial daripada "Study Tour" ke Luar Kota

Megapolitan
RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

RS Bhayangkara Brimob Beri Trauma Healing untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana

Megapolitan
KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

KPU Kota Bogor Tegaskan Caleg Terpilih Harus Mundur jika Mencalonkan Diri di Pilkada 2024

Megapolitan
Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Pemilik Mobil yang Dilakban Warga gara-gara Parkir Sembarangan Mengaku Ketiduran di Rumah Saudara

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com