Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah Warga Mengadu kepada Ahok, Apa Tindak Lanjutnya?

Kompas.com - 22/02/2017, 10:58 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tiap harinya, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menerima aduan warga di Pendopo Balai Kota DKI Jakarta.

Mulai Rabu (22/2/2017) ini, Ahok menurunkan pegawai negeri sipil (PNS) dari beberapa satuan kerja perangkat daerah (SKPD) DKI untuk mendampinginya menerima aduan warga. Hal ini bertujuan agar SKPD DKI Jakarta cepat menindaklanjuti aduan warga.

Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta Muhammad Mawardi menjelaskan alur tindak lanjut aduan warga kepada Ahok hingga SKPD terkait.

"Jadi surat dari masyarakat dimasukkan ke Biro KDH dan diatur petunjuk dari Gubernur untuk diteruskan ke SKPD. Secara administrasi harus tercatat," kata Mawardi, kepada wartawan, di Balai Kota DKI Jakarta.

Ada tiga SKPD DKI Jakarta yang ditugaskan Ahok menerima aduan warga, yakni Biro Hukum, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, serta Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta. Tiap SKPD mengirimkan seorang perwakilannya.

"Kalau Biro Hukum kaitannya dengan hukum, seperti sengketa tanah yang sudah masuk dalam ranah pengadilan. Kemudian pengaduan warga yang memang bermasalah pemrosesan izin diharapkan bisa langsung ditindaklanjuti PTSP," kata Mawardi.

Sementara pegawai dari Dinas Cipta Karya, Tata Ruang, dan Pertanahan DKI Jakarta untuk warga yang mengadu mengenai permasalahan lahan, tanah, dan lain-lain. Kemudian sekaligus menyosialisasikan program pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) pemilik lahan di bawah Rp 2 miliar.

Kompas.com/Kurnia Sari Aziza Kepala Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri (KDH dan KLN) DKI Jakarta Muhammad Mawardi, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/2/2017).
"Ini langkah yang diinginkan Gubernur, bagaimana warga merasa dilayani dengan baik dan cepat. Sehingga diperlukan SKPD posting di Balai Kota tiap pagi kalau ada pengaduan masyarakat," kata Mawardi.

Tiap harinya, ada sekitar 30 aduan warga yang masuk ke Balai Kota. Mulai dari mengadu permasalahan tanah hingga permohonan bantuan beasiswa.

Dia menjelaskan, tak sedikit warga non-Jakarta yang datang ke Balai Kota untuk bertemu Ahok. Hanya saja, kebanyakan warga hanya sekadar ingin berfoto bersama Ahok.

"Kalau ada yang minta bantuan ijazah atau Kartu Jakarta Pintar (KJP), biasanya kami cek dulu benar enggak yang bersangkutan sekolah di sana dan dilengkapi SKTM (surat keterangan tidak mampu)."

"Kalau sekolah negeri, didaftarkan KJP dan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Kalau sekolah swasta atau tebus ijazah, dibantu dari bantuan operasional Gubernur," kata Mawardi.

Kompas TV Selain bersiap menghadapi putaran kedua, pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, juga menerima laporan para pendukungnya yang tak bisa memilih pada 15 Februari lalu. Posko aduan warga di rumah pemenangan Ahok-Djarot di rumah lembang dibuka sejak pukul 8 pagi. Posko dibuka terkait dugaan pelanggaran yang terjadi saat pemungutan suara pilkada DKI Jakarta. Beberapa warga Jakarta telah berdatangan untuk melakukan adanya pelaporan atas dugaan kecurangan yang dirasakan oleh pendukung Ahok-Djarot. Tercatat sudah lebih dari dua puluh laporan pengaduan yang masuk kepada tim hukum dan advokasi tim pemenangan Ahok-Djarot sejak kemarin. Selain datang ke Rumah Lembang, timses Ahok-Djarot juga membuka pengaduan lain melalui telepon juga email.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com