"Ditarik bekerja ke ruas kali besar yang antara Jembatan Jalan Bank dan Jembatan Kopi semua pekerjanya," ucap Alex.
Pantauan Wartakotalive.com, Kamis, di lokasi pengerjaan revitalisasi Kali Besar, di ruas Jembatan Jalan Bank-Jembatan Kopi hanya ada 50-an pekerja.
(Baca juga: Jalan Cengkeh Dijadikan "Rest Area" Kawasan Kota Tua)
Sementara itu, di ruas kali Jembatan Kopi-Jembatan Kota Intan, hanya ada 5 pekerja. Tiga pekerja duduk santai di pinggir kali, dua lainnya menggerakan alat berat di ujung-ujung kali.
Kepala Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta Teguh Hendrawan tak mau lagi berkomentar soal proyek ini. "Tanya saja ke pelaksananya," kata Teguh ketika dihubungi Wartakotalive.com.
Sementara itu, Kepala Seksi Pembangunan dan Peningkatan Air Limbah Bidang Air Baku, Air Bersih, dan Air Limbah Dinas Sumber Daya Air Pemprov DKI Jakarta, Sarah, mengaku tak tahu sejauh mana perkembangan proyek revitalisasi Kali Besar.
Sarah mengatakan bahwa tugasnya mengawasi proyek tersebut. Namun, kata dia, pihak konsultan dan kontraktor tak pernah melapor ke pihaknya.
"Kami juga enggak tahu konsultan dan kontraktor laporannya ke mana itu," ucap Sarah ketika dihubungi Wartakotalive.com.
Pembangunan di Jalan Cengkeh
Kepala Dinas KUMKMP Pemprov DKI Jakarta Irwandi mengaku tak mengerti dengan lambannya pembangunan di Jalan cengkeh.
Menurut Irwandi, pekerja yang mengerjakan proyek di Jalan Cengkeh itu terlalu sedikit.
"Saya juga bingung sama perusahaan yang mengerjakannya, enggak mau koordinasi sama kita (Dinas KUMKMP)," ujar Irwandi ketika dihubungi Wartakotalive.com.
(Baca juga: Tempat Penampungan PKL di Kota Tua Tak Kunjung Dibangun)
Camat Tamansari, Firman, mengatakan bahwa karena lambatnya pembangunan pusat PKL Jalan Cengkeh, pihaknya mesti menertibkan PKL liar sebanyak 4 kali dalam 1 hari.
"Pagi kita usir, lalu siang, sore, dan malam hari," kata Firman ketika ditemui Wartakotalive.com.
Manajer proyek revitalisasi Kali Besar dan pembangunan pusat PKL Jalan Cengkeh dari PT Ciriajasa Cipta Mandiri (konsultan yang ditunjuk Sampoerna Land), Satria, mengatakan bahwa bukan begitu yang sebenarnya terjadi.
Namun, kata Satria, hal tersebut terjadi di lapangan karena banyak alasan dan pertimbangan. "Itu yang semestinya digali," ucap Satria ketika dihubungi Wartakotalive.com.
Terkait pintu air yang dibiarkan mangkrak, kata Satria, hal itu terjadi karena dari pihak konsultan harus menghitung elevasinya terhadap banjir antara 25, 50, dan 100 tahunan. "Dan harus approve ke dinas terkait," kata Satria.
(Theo Yonathan Simon Laturiuw)