Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Integrasi Transjakarta-Angkot, Apa Bedanya dengan OK OTRIP Anies-Sandi?

Kompas.com - 23/03/2017, 10:21 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

Kompas TV Jalan Layang Ciledug-Tendean Beroperasi Mulai Juni 2017

Budi belum bisa menyebutkan besaran sewa yang pihaknya bayarkan ke KWK. Sebab, ia menyebut penentuan besaran tarif harus dilakukan lewat lelang di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP).

Jika pengumuman sudah tayang di situs e-katalog LKPP, maka pengurus KWK dapat mengurus tahapan penawaran hingga setujui oleh LKPP sehingga dapat dibayar oleh Transjakarta.

"Karena kami perusahaan BUMD, tentu punya pertanggung jawaban supaya hitung-hitungannya ini benar. Karena itu kami manfaatkan di LKPP," ujar Budi. (Baca: Dulu Ingin Dihapus, Kenapa Angkot Kini Digandeng Transjakarta?)

Bagaimana dengan OK OTRIP?

Dalam progran OK OTRIP, penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp 5.000 untuk sekali jalan. Khusus untuk sistem setoran dan pembayaran non tunai melalui e-money, Anies-Sandi akan menggandeng angkot untuk terlibat.

Nantinya di pintu angkot akan dipasang card reader untuk tap-in tap-out, seperti yang saat ini diterapkan di halte Transjakarta. Untuk cara pembayaran oleh penumpang, juru bicara Anies-Sandi, Pandji Pragiwaksono menyebut nantiya  akan dipasang alat semacam card reader di pintu angkutan umum.

Ia menilai cara seperti ini sudah diterapkan di banyak negara. Khusus di Indonesia, ia menyebut penerapan sistem tersebut sudah pernah dilakukan pada layanan transmusi di Palembang.

"Ketika turun dari angkot dan hendak naik Transjakarta, maka penumpang akan tap-in kartunya lagi di halte Transjakarta. Apabila jarak antara tap-out di moda sebelumnya dan tap-in di moda lanjutannya kurang dari 30 menit, maka saldo tidak akan terpotong lagi," kata Pandji melalui tulisan di situs www.pandji.com.

Pandji mengatakan, Anies-Sandi berencana merangkul angkot dan mengubah sistemnya jadi lebih akuntabel dan profesional. (Baca: Seperti Apa Program OK-OTRIP Anies-Sandi?)

Selain pembayaran non tunai melalui e-money, nantinya akan ada pula sertifikasi untuk pengemudi. Ia yakin dengan cara ini tidak akan ada lagi angkot-angkot ngetem ataupun sopir tembak.

"Ketimbang menghapus angkot dan menghilangkan penghasilan sebagian warga Jakarta. Karena kalau diganti bus, tentu satu bus akan memuat lebih banyak penumpang dan menjadikan jumlah busnya lebih sedikit daripada jumlah angkot. Yang berarti jumlah sopir yang dipekerjakan lebih sedikit," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Aksinya Tepergok, Pencuri Motor Babak Belur Diamuk Warga di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Polisi Temukan Ganja dalam Penangkapan Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez

Megapolitan
Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Bukan Hanya Epy Kusnandar, Polisi Juga Tangkap Yogi Gamblez Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Diduga Salahgunakan Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap di Lokasi yang Sama

Megapolitan
Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Anies-Ahok Disebut Sangat Mungkin Berpasangan di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Pria yang Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Disuruh Beli Rokok tapi Tidak Pulang-pulang, Ternyata AF Diamuk Warga

Megapolitan
Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com