Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelintasan Sebidang Akan Ditutup, Jalur Alternatif Belum Diumumkan

Kompas.com - 30/03/2017, 17:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Warga pengguna pelintasan sebidang yang akan ditutup meminta adanya jalur alternatif. Informasi tentang penutupan pelintasan sebidang yang ada saat ini belum menginformasikan mengenai jalur alternatif itu. Di sisi lain, penutupan pelintasan sebidang tetap akan dilakukan.

Informasi penutupan pelintasan sebidang Pejompongan dari arah Jalan Tentara Pelajar ke arah Senayan pada April mendatang sudah diumumkan melalui pos penjagaan pintu kereta. Namun, hingga sekarang, belum ada informasi jalur alternatif.

"Kalau ini ditutup, enggak dikasih jalur pengganti, ya bakal lebih macet jalur Pejompongan sampai Karet karena orang yang putar balik juga harus lewat sini (Jalan Pejompongan)," kata Maskur, tukang ojek yang mangkal di pelintasan Pejompongan, Rabu (29/3).

Baca juga: Begini Pengalihan Arus Lalu Lintas Selama Pelintasan Sebidang di Senen Ditutup

Terdapat dua palang kereta yang bersebelahan di Pejompongan. Satu pelintasan sebidang merupakan jalur dari perempatan Slipi ke arah Karet. Satu palang lagi merupakan pelintasan sekaligus jalur putar balik dari Jalan Tentara Pelajar ke arah Senayan. Pelintasan yang akan ditutup awal April ini merupakan pelintasan yang kedua. Adapun pelintasan yang pertama akan ditutup akhir tahun ini.

Keselamatan

Maskur sebenarnya setuju pelintasan ditutup. Apalagi, sudah beberapa kali sepeda motor tertabrak kereta.

Wahyuni, warga Gang Buntu, Petamburan, yang rumahnya sekitar 200 meter dari palang kereta, menyaksikan setidaknya lima tabrakan kereta api dan sepeda motor, dan semua pengendara sepeda motor meninggal.

Dedek Kurniasih (39), yang tinggal sekitar 300 meter dari palang kereta Pejompongan, mengatakan sudah sekitar 20 kali menyaksikan tabrakan di pelintasan sebidang.

"Satu kali di palang, sisanya ada orang yang sedang berjalan di rel tertabrak, dan di lintasan tanpa palang di kampung itu," kata Dedek.

Direktur Keselamatan Perkeretaapian Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Edi Nursalam pada Jumat lalu menyebutkan, kajian menyeluruh mengenai penutupan pelintasan sebidang yang sudah telanjur menjadi urat nadi sistem transportasi darat dan terkait dengan kepentingan transportasi banyak orang tetap dilakukan. Ini terutama terkait rekayasa lalu lintas, integrasi rute moda sejumlah angkutan umum, dan sosialisasi kepada masyarakat.

"Ini memang dilematis. Kawasan abu-abu itu tumbuh sendiri dan dibangun sendiri oleh masyarakat karena pertumbuhan ekonomi bagus. Ada perumahan butuh akses dan pemerintah tak buat akses, mereka (masyarakat) terpaksa bikin itu," kata Edi.

Cenderung didiamkan

Di sisi lain, kata Edi, Kemenhub sebagai pemilik jalan kereta api cenderung diam dan relatif tidak ada protes apa pun. Kondisi yang relatif diam dan tidak ada respons dari pemerintah itu menyusul respons masyarakat yang kerap kali berujung pada kekerasan dan aksi vandalisme.

"Menurut saya, itu risiko, ngapain takut," kata Edi soal ancaman amukan dari sebagian masyarakat terkait penutupan pelintasan sebidang.

Edi menambahkan, sekalipun terdapat kecenderungan penolakan dari warga, aturan ihwal penutupan pelintasan sebidang itu tetap mesti dipaksa untuk diwujudkan.

"Minimal 14 (pelintasan sebidang) ini dan seterusnya ada ratusan lagi," kata Edi.

Di Jakarta, sesuai dengan data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, terdapat 166 pelintasan sebidang yang tersebar di lima wilayah. (INK/IRE)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 30 Maret 2017, di halaman 26 dengan judul "Jalur Alternatif Belum Diumumkan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com