Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Luka Batin yang Sulit Pulih pada Anak Korban Kekerasan

Kompas.com - 03/04/2017, 18:28 WIB

Oleh: AMANDA PUTRI NUGRAHANTI

Sebut saja namanya Gadis (17). Remaja putri cantik berkulit kuning langsat itu berjuang melupakan kejadian yang merenggut kehormatannya. Januari lalu, ia diperkosa. Ia melompati bagian itu saat menceritakan kisah hidupnya, sungguh tak ingin mengingatnya kembali.

Gadis adalah anak dari seorang ibu yang ditinggalkan oleh suaminya. Rasa benci kepada suaminya lalu dilampiaskan oleh si ibu pada putrinya itu.

"Tangan kiri saya dipotong sampai hampir putus. Urat-uratnya ikut putus. Sampai sekarang tidak bisa digunakan lagi. Dulu saya kidal, sekarang saya harus pakai tangan kanan untuk menulis. Dulu bisa main piano, sekarang tidak bisa lagi," ujarnya tersedu.

Tampak semburat keloid bekas luka di lengan kirinya yang tertutup lengan sweater warna pink.

Sampai saat ini, Gadis masih tidak mengerti mengapa ibunya begitu tega menyakitinya, menyiksanya saat ia masih kecil dulu. Kata-kata kasar ibunya juga yang membuatnya lari ke Bandung untuk mandiri. Namun, ia justru terperangkap jaringan perdagangan manusia. Beruntung ia berhasil melarikan diri dan sebagian pelakunya kini telah ditangkap.

Walaupun luka tubuh telah sembuh, luka batinnya masih menganga. Gadis mencucurkan air mata setiap kali mengingat peristiwa demi peristiwa.

"Saya sudah bertemu ibu psikolog, dibilangin untuk melupakan semuanya. Mungkin saya harus melalui jalan hidup seperti ini dan sekarang saya harus berjuang untuk meraih cita-cita," ujarnya.

Di Bandung, Gadis sempat bertemu dengan sebuah keluarga yang sangat baik yang menampungnya selama tiga bulan. Ia menemukan sosok ibu yang sangat menyayanginya di sana.

"Emak kangen sama saya. Saya juga kangen sekali sama Emak. Namun, saya enggak berani bertemu Emak sekarang. Ada yang hilang dari diri saya, saya sudah tak seperti dulu lagi," tuturnya.

Gadis, menurut salah satu pendamping di Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Maria Josefin Barus, termasuk salah satu korban kekerasan yang cukup kuat kondisinya. Tidak semua anak korban kekerasan, terutama kekerasan seksual, bisa pulih dalam waktu singkat.

Gangguan jiwa

Korban kekerasan seksual lain, sebut saja M (12), bahkan mengalami gangguan jiwa berat akibat mengalami kekerasan seksual dari ayah dan kakak kandungnya sendiri. Ia menjalani rehabilitasi di RPSA satu tahun terakhir dan baru pekan lalu pihak gereja menjemputnya karena dia tidak mungkin dikembalikan ke rumahnya.

Kepala PSMP Handayani, Neneng Heryani, menyebutkan, M mengalami trauma berat. Pihak panti tak sanggup menanganinya sehingga kerap harus dirujuk ke rumah sakit jiwa. M sangat terguncang karena ia mengalami kekerasan di rumahnya sendiri oleh orang- orang terdekatnya yang seharusnya melindunginya.

Kekerasan selalu mengintai anak-anak kita, bahkan di lingkungan terdekatnya. Salah seorang anak balita, sebut saja Dinda (3), juga harus menghadapi kekejaman orang dewasa di sekitarnya. Ibunya tenaga kerja Indonesia di luar negeri sehingga ia dititipkan kepada seseorang untuk mengasuhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lepas Rindu 'My Day', DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Lepas Rindu "My Day", DAY6 Bawakan 10 Lagu di Saranghaeyo Indonesia 2024

Megapolitan
Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Jelang Pilkada 2024, 8 Nama Daftar Jadi Calon Wali Kota Bogor Melalui PKB

Megapolitan
Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Satpol PP Minta Pihak Keluarga Jemput dan Rawat Ibu Pengemis Viral Usai Dirawat di RSJ

Megapolitan
Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Mulai Hari Ini, KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Cagub Independen

Megapolitan
Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Kala Senioritas dan Arogansi Hilangkan Nyawa Taruna STIP...

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

[POPULER JABODETABEK] Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper | Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Daftar 73 SD/MI Gratis di Tangerang dan Cara Daftarnya

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com