Arsitek masjid, Adhi Moersid Adhi menjelaskan, konsep dalam desain bangunan sengaja dibuat dengan karakteristik budaya Betawi yang merupakan budaya lokal di Jakarta.
Adhi menjelaskan, ada tiga konsep yang dipakai sebagai desain bangunan masjid. Ketiganya yakni konsep tropis yang membumi atau lekat dengan unsur kebudayaan lokal Betawi, serta konsep permaculture yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk meningkatkan ketahanan pangan yang ada di daerahnya.
"Masjid ini dikerjakan dengan apa adanya. Tetapi kan ada cita-cita yang memberi saya tugas dengan mengambil nilai-nilai lokalitas Betawi. Itu saya pegang teguh," ujar Adhi saat ditemui saat acara peresmian pada 15 April yang lalu.
Adhi menjelaskan, konsep desain atau atap ini bercirikan atap pelana dan limasan di rumah Betawi Bapang dan Joglo.
Baca: Pemprov DKI: Masjid Hasyim Asyari Tak Boleh Digunakan untuk Kepentingan Politik
Di masjid ini ditampilkan kembali dengan teknik baru menyesuaikan fungsi dan kebutuhan saat ini. Begitu pula dengan ragam hias dan ornamen lama yang sangat kental terlihat di masjid ini.
Adhi mengatakan, selain membenamkan karakteristik Betawi, masjid ini juga di desain agar masyarakat sekitar bisa memanfaatkan lahan yang ada.
Adhi memasukan konsep karang tiri, dalam istilah Jawa yang berarti bisa bercocok tanam di sekitar rumah.
Dengan konsep ini, Adhi ingin menjadikan Masjid Raya KH Haysim Asyari menjadi masjid percontohan untuk masjid yang mengusung tema agrukultur.
Di sekitar kawasan masjid, masyarakat bisa menanam berbagai jenis tumbuhan hijau. Selain untuk mengasrikan lingkungan, tanaman itu juga bisa menjadi tambahan bagi pengelolaan masjid.
"Jadi nanti koperasi yang mengelola masjid ini punya hasil. Ini jadi contoh masjid yang pertama-tama melaksanakan urban agricalture, pertanian kota. Mudah-mudahan berhasil," ujar Adhi.
Selain itu, Adhi berharap konsep desain yang dibuatnya menjadi salah satu cara mengatasi pemanasan global serta perubahan cuaca yang esktrem.
Adhi tidak terlalu memusingkan sejumlah rumor miring mengenai desain masjid itu. Adhi mengatakan, desain itu dia buat dengan sungguh-sungguh, tanpa maksud apapun.
"Saya buat dengan kesungguhan dan kecintaan, dan segala kejujuran," ujar Adhi.
Alasan pemilihan nama