Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karangan Bunga, Wajah Harapan Bukan Tangis Kegalauan

Kompas.com - 28/04/2017, 06:20 WIB

Warga setia menunggu meskipun akhirnya menunggu hingga pukul 15.00 karena Basuki harus menerima sejumlah tamu dan istirahat.

Barulah ketika turun hujan deras menjelang sore, ratusan warga yang masih menunggu diminta tertib serta secara bergiliran masuk untuk bertemu dan berfoto bersama Basuki. "Terima kasih, terima kasih sudah mendukung," kata Basuki kepada serombongan warga seusai berfoto. Setiap rombongan masuk terdiri dari 15-20 orang.

Hingga Rabu siang, berdasarkan data petugas Balai Kota, jumlah papan bunga ada sekitar 1.500. Semua disusun membentuk "dinding-dinding". Satu papan bunga besar dikirim Partai Solidaritas Indonesia berukuran 4 meter x 12 meter dipajang di trotoar Jalan Medan Merdeka Barat. Di sana tertulis, "Satu Kekalahan, Seribu Bunga Merekah. Terima Kasih, Ahok!".

Petugas pengamanan dalam sempat kewalahan dengan hadirnya ribuan papan bunga itu.

Rekonsiliasi damai

Reni Suwarso, Direktur Pusat Studi Pemilu dan Partai Politik FISIP Universitas Indonesia, mengatakan, hadirnya bunga dan warga ke Balai Kota menjadi simbol rekonsiliasi damai setelah kompetisi pilkada yang keras. Selama kampanye, iklim politik dan sosial di Jakarta panas dan gaduh dengan isu SARA. Karangan bunga, apresiasi kinerja, dan menerima kekalahan adalah sikap politik yang baik. Apalagi, dalam momentum rekonsiliasi, baik elite maupun warga.

"Bukankah itu cara menyampaikan pesan dengan damai dan justru melawan kampanye sebelumnya yang kasar, gaduh, dan menggunakan berita hoaks? Ini adalah bentuk perlawanan damai dan elegan," ujar Reni.

Reni menambahkan, cara-cara damai dan elegan itu merupakan terobosan. Bunga dikenal sebagai simbol cinta kasih, baik untuk ekspresi suka maupun duka. Dengan cara damai itu, gaduh politik diharapkan segera usai.

Hal itu, kata Reni, harus diapresiasi. Pendukung Basuki-Djarot setidaknya sudah menyampaikan pesan kekalahan dengan bahasa bunga dan perdamaian. Selanjutnya, bagi gubernur dan wakil gubernur terpilih, tantangan untuk bekerja bagi warga Jakarta menanti di depan mata. Apalagi, petahana sudah membuat standar pelayanan publik yang tinggi.

Di Balai Kota, papan bunga dan antrean warga adalah wajah harapan dan terima kasih warga kepada pemimpin. Itu berlaku bagi semua pemimpin.

(GESIT ARIYANTO)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 April 2017, di halaman 1 dengan judul "Wajah Harapan, Bukan Tangis Kegalauan".

Baca juga: Cerita dari Toko yang Kebanjiran Order Karangan Bunga untuk Ahok-Djarot

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com