Warga setia menunggu meskipun akhirnya menunggu hingga pukul 15.00 karena Basuki harus menerima sejumlah tamu dan istirahat.
Barulah ketika turun hujan deras menjelang sore, ratusan warga yang masih menunggu diminta tertib serta secara bergiliran masuk untuk bertemu dan berfoto bersama Basuki. "Terima kasih, terima kasih sudah mendukung," kata Basuki kepada serombongan warga seusai berfoto. Setiap rombongan masuk terdiri dari 15-20 orang.
Hingga Rabu siang, berdasarkan data petugas Balai Kota, jumlah papan bunga ada sekitar 1.500. Semua disusun membentuk "dinding-dinding". Satu papan bunga besar dikirim Partai Solidaritas Indonesia berukuran 4 meter x 12 meter dipajang di trotoar Jalan Medan Merdeka Barat. Di sana tertulis, "Satu Kekalahan, Seribu Bunga Merekah. Terima Kasih, Ahok!".
Petugas pengamanan dalam sempat kewalahan dengan hadirnya ribuan papan bunga itu.
Rekonsiliasi damai
Reni Suwarso, Direktur Pusat Studi Pemilu dan Partai Politik FISIP Universitas Indonesia, mengatakan, hadirnya bunga dan warga ke Balai Kota menjadi simbol rekonsiliasi damai setelah kompetisi pilkada yang keras. Selama kampanye, iklim politik dan sosial di Jakarta panas dan gaduh dengan isu SARA. Karangan bunga, apresiasi kinerja, dan menerima kekalahan adalah sikap politik yang baik. Apalagi, dalam momentum rekonsiliasi, baik elite maupun warga.
"Bukankah itu cara menyampaikan pesan dengan damai dan justru melawan kampanye sebelumnya yang kasar, gaduh, dan menggunakan berita hoaks? Ini adalah bentuk perlawanan damai dan elegan," ujar Reni.
Reni menambahkan, cara-cara damai dan elegan itu merupakan terobosan. Bunga dikenal sebagai simbol cinta kasih, baik untuk ekspresi suka maupun duka. Dengan cara damai itu, gaduh politik diharapkan segera usai.
Hal itu, kata Reni, harus diapresiasi. Pendukung Basuki-Djarot setidaknya sudah menyampaikan pesan kekalahan dengan bahasa bunga dan perdamaian. Selanjutnya, bagi gubernur dan wakil gubernur terpilih, tantangan untuk bekerja bagi warga Jakarta menanti di depan mata. Apalagi, petahana sudah membuat standar pelayanan publik yang tinggi.
Di Balai Kota, papan bunga dan antrean warga adalah wajah harapan dan terima kasih warga kepada pemimpin. Itu berlaku bagi semua pemimpin.
(GESIT ARIYANTO)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 27 April 2017, di halaman 1 dengan judul "Wajah Harapan, Bukan Tangis Kegalauan".
Baca juga: Cerita dari Toko yang Kebanjiran Order Karangan Bunga untuk Ahok-Djarot