Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Baper" untuk Ahok-Djarot lewat Karangan Bunga Dinilai Menyehatkan

Kompas.com - 28/04/2017, 09:44 WIB
Dian Maharani

Penulis

Menurut Boby, karangan bunga itu tak hanya dipesan oleh warga Jakarta. Ada juga warga di luar kota yang memesan melalui telepon.

Ia mengaku kewalahan karena ada beberapa pelanggan yang memesan secara mendadak. Toko Krekot pun terpaksa menolak beberapa pesanan saking banyaknya.

"Pesennya jam 09.00 pagi, minta dianter ke Balai Kota jam 10.00 pagi. Bikin bunga kan tidak seperti main sulap," kata dia.

Toko bunga Padma yang terletak di Jalan MPR III Dalam, Jakarta Selatan, juga merupakan salah satu toko yang mengirimkan karangan bunga ke Balai Kota. Pemilik toko, Linda, mengungkapkan, banyak pemesan bunga secara perorangan. Hingga Rabu kemarin, pesanan untuk ke Balai Kota mencapai lebih dari 50 karangan bunga.

Lain lagi dengan cerita pemilik toko bunga Florist Lotus, Melvin. Ia mengaku kaget dengan banyaknya pesanan karangan bunga ke Balai Kota. Bahkan menurut Melvin, tetangga sekitar, teman dekat, hingga kliennya juga ikut memesan karangan bunga untuk Ahok-Djarot.

Kata-kata atau kalimat yang dipesan dalam karangan bunga kerap membuat Melvin tertawa sendiri.

Disangka rekayasa

Lingkungan Balai Kota yang tiba-tiba berubah menjadi "Taman Bunga" itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Terkait fenomena itu, belakangan beredar screenshot pesan WhatsApp yang menduga banjirnya karangan bunga itu adalah rekayasa pihak Ahok-Djarot.

Pesan itu berisi seolah-olah Ahok yang memesan ribuan karangan bunga ke Balai Kota. Mendengar tuduhan itu, Ahok spontan langsung geram.

"Kamu coba tanya saja sama mereka (warga) sendiri," kata Ahok kepada wartawan di Pendopo Balai Kota, Rabu malam.

Ahok tak habis pikir mengapa ada orang yang sengaja membuat screenshot chat Whatsapp palsu, lalu menyebut fenomena karangan bunga adalah "setting-an"

"Orang yang bikin itu ya, maunya apa dari gue gitu lho? Lu tanya maunya dia apa yang bikin itu," kata Ahok.

Djarot pun merasa kesal dengan adanya tuduhan rekayasa itu. Menurut Djarot, kesedihan hingga tangisan warga Jakarta tak bisa direkayasa. Djarot menyayangkan ada pihak yang berpikiran seperti itu.

"Tunjukan kepada saya, bagaimana caranya men-setting sekian banyak orang yang bersedih dan menangis? Bagaimana caranya? Jangan begitu lah, kita harus rasional juga," ujar Djarot.

Sementara itu, menurut psikolog politik, Hamdi Muluk, banyaknya karangan bunga yang dikirim untuk Ahok-Djarot adalah cara warga mengekspresikan perasaannya. Ia tak melihat adanya rekayasa dalam banyaknya karangan bunga yang dikirim ke Balai Kota.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com