Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masjid Jami Al-Makmur, Wakaf Raden Saleh di Pinggir Ciliwung

Kompas.com - 05/06/2017, 19:10 WIB

Oleh: Dian Dewi Purnamasari

Azan maghrib sebentar lagi berkumandang. Karpet hijau bergambar masjid digelar di teras Masjid Jami Al-Makmur, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017). Beberapa pria menata sajian untuk berbuka puasa bersama. Syahdu selawat Nabi Muhammad SAW terdengar dari pengeras suara masjid.

"Ini semua sumbangan dari warga. Ada yang membawa lontong, es buah, pastel, dan ada sumbangan permen dari sponsor. Ini untuk mereka yang berbuka puasa dan shalat Maghrib di sini," ujar Isa (57), warga dan jemaah masjid itu.

Pada saat Ramadhan, masjid yang diperkirakan sudah ada sejak 1860 itu ramai. Ada yang sekadar mampir untuk menunggu berbuka puasa atau shalat berjemaah. Namun, untuk warga sekitar di Jalan Raden Saleh, masjid untuk beribadah mulai dari menjelang maghrib, tarawih, hingga sahur. Warga sekitar melaksanakan shalat berjemaah, tadarus, dan iktikaf di masjid.

"Kami juga menyediakan takjil untuk mereka yang kebetulan melintas di Jalan Raden Saleh ini. Pengunjung atau pembesuk di Rumah Sakit Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) juga kerap beribadah di sini," ucap Syahlani (69), Ketua Pengurus Masjid Jami Al-Makmur.

Masjid Jami Al-Makmur terletak di lokasi strategis di kawasan Cikini. Bangunan bercat dominan putih dan hijau itu kini berdiri di Jalan Raden Saleh Raya Nomor 30, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat. Lokasinya di samping aliran Ciliwung di pinggir jembatan Raden Saleh.

Namun, Syahlani mengatakan, sebelum dipindah ke lokasi saat ini, masjid itu sebelumnya berada di dalam kompleks rumah Raden Saleh. Lokasinya 80-100 meter dari tempat berdirinya masjid saat ini. Lokasi lama sekarang menjadi asrama RS PGI Cikini. Antara lokasi lama dan lokasi baru dipisahkan pagar pembatas.

Abdul Baqir Zein dalam buku Masjid Masjid Bersejarah di Indonesia (Gema Insani, 1999) menuliskan, dahulu, Masjid Jami Al-Makmur berdiri di atas tanah kosong milik Raden Saleh Syarif Bustaman atau maestro pelukis Raden Saleh. Sebelum hijrah dan menikah dengan istrinya di Bogor, Raden Saleh mewakafkan sebagian tanahnya untuk didirikan masjid. Masjid sangat sederhana. Dindingnya dari bambu (gedek), berukuran kecil seperti rumah panggung.

"Dari cerita turun-temurun warga Cikini Binatu (Jalan Raden Saleh), saat masjid dipindahkan ke lokasi sekarang, warga beramai-ramai menggotong bangunan itu," ujar Syahlani.

Setelah hijrah ke Bogor, Raden Saleh menjual seluruh tanah miliknya, termasuk bangunan masjid, kepada tuan tanah keturunan Arab, keluarga Alatas. Lalu, kawasan itu disebut Alatas Land. Di tangan keluarga Alatas, tanah kembali dijual kepada Yayasan Ratu Emma, yayasan misionaris Kristen milik orang Belanda yang bergerak di pelayanan sosial, dan rumah sakit.

Masjid Cikini lalu dipindahkan beberapa meter dari tempat asalnya dengan cara memanggulnya secara bergotong royong. Sempat ada permintaan dari yayasan agar masjid direlokasi agak lebih jauh dari tempatnya kini. Namun, berkat campur tangan tokoh-tokoh Islam, seperti HOS Cokroaminoto, Haji Agus Salim, dan Abikusno Cokrosuyoso, masjid Cikini pun tetap berada di tempatnya.

Agus Salim memasang lambang bulan sabit dan bintang agar Belanda tidak berani mengganggu. Lambang itu kini masih ada di bagian depan masjid.

Cagar budaya

Tahun 1993, Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto menetapkan Masjid Jami Al-Makmur sebagai benda cagar budaya. Kini, masjid tidak hanya menjadi rumah ibadah, tetapi juga memiliki sekolah dan madrasah yang berada satu kompleks dengan masjid. Madrasah menerima siswa setingkat SD, SMP, dan SMA dan memberikan pelajaran di antaranya Al Quran, Hadis, Inadah Syari'ah, Fikih, Akidah, Akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, serta Bahasa Arab.

Syahlani menuturkan, saat dipindahkan ke lokasi sekarang, jemaah masjid lebih mudah mengambil air wudu karena lokasinya berdekatan dengan Sungai Ciliwung. Saat Syahlani masih kecil, air sungai masih sangat bersih hingga lapisan pasir di bawahnya terlihat. Orang-orang berwudu di sungai, lalu naik ke masjid melalui tangga berundak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antar Pribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Pengemudi HR-V yang Tabrak Bikun UI Patah Kaki dan Luka di Pipi

Megapolitan
Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Bakal Cek Tabung Gas, Zulhas: Benar Enggak Isinya 3 Kilogram?

Megapolitan
Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Mendag Tegaskan Rumah Potong Ayam Harus Bersertifikat Halal Oktober 2024, Tidak Ada Tawar-tawar Lagi

Megapolitan
Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Mobil Mahasiswa Tabrak Bus Kuning UI, Saksi: Penumpangnya 3, Cowok Semua

Megapolitan
Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Kebengisan Pembunuh Wanita Dalam Koper: Setubuhi dan Habisi Korban, lalu Curi Uang Kantor

Megapolitan
Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Kronologi Meninggalnya Siswa STIP yang Dianiaya Senior

Megapolitan
Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Pernah Mengaku Capek Terlibat Narkoba, Rio Reifan Ditangkap Lagi Usai 2 Bulan Bebas Penjara

Megapolitan
Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Senior Aniaya Siswa STIP hingga Tewas, 5 Kali Pukul Bagian Ulu Hati

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

[POPULER JABODETABEK] Motif Pembunuhan Wanita Dalam Koper: Korban Ternyata Minta Dinikahi | Misteri Mayat Wanita Dalam Koper Mulai Terkuak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com