Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Omzet Baju Muslim Anjlok

Kompas.com - 21/06/2017, 16:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Penjualan pakaian muslim di dua sentra perdagangan tekstil, Pasar Tanah Abang dan Pasar Cipadu, turun lebih dari 50 persen. Kondisi ekonomi nasional yang lemah dan tingginya pengeluaran untuk keperluan tahun ajaran baru sekolah memicu penurunan omzet penjualan.

Di Pasar Cipadu, Tangerang, Ferdian (44), pedagang baju muslim, mengatakan, menjelang Lebaran 2016, dirinya masih mampu meraup omzet Rp 5 juta per hari. Namun, menjelang Lebaran 2017, Ferdian harus bersusah payah untuk mendapatkan omzet penjualan Rp 1 juta per hari.

"Sampai tengah hari saja belum ada pembeli yang datang. Pasar  sepi sekali," kata pedagang asal Padang itu, Minggu (18/6/2017).

Hal serupa juga dialami Riko (25), penjual kain dasar untuk pembuatan sejumlah busana muslim, seperti  gamis, baju koko, kemeja, dan kerudung. Penjualannya mengalami penurunan hampir 50 persen. Biasanya, dalam satu hari Riko bisa menjual hingga 400 meter, kini hanya 100-200 meter.

Turunnya omzet ini mulai terasa pada awal puasa. Biasanya satu minggu sebelum puasa, pasar ini sudah ramai pembeli. Kini, sampai pertengahan bulan puasa belum ada peningkatan berarti.

"Pada H-3, kami akan tutup. Jika kondisinya seperti ini, tentu akan merugikan," ujar Riko.

Di Pasar Tanah Abang, Andre Riki (23), salah seorang pedagang pakaian muslim pria di Blok A, mengatakan, omzet saat jelang lebaran tahun ini turun drastis.

"Tahun lalu, ketika mau lebaran, kami bisa dapat Rp 35 juta sampai Rp 40 juta sehari, kalau sekarang cuma Rp 20 juta-25 juta sehari," katanya.

Riki memperkirakan penurunan omzet tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu salah satunya disebabkan maraknya aktivitas jual beli pakaian secara daring.

"Sekarang jual beli daring jelas memengaruhi sih, ya, orang jadi tidak perlu datang ke toko kalau mau beli," kata Riki.

Dessi, warga Bengkulu yang ditemui di Pasar Tanah Abang, mengatakan, dirinya biasa membeli pakaian muslim dalam partai besar untuk dijual lagi di daerahnya. Namun, pembelian menjelang Lebaran tahun ini tidak sebesar tahun lalu karena penjualannya terus menurun.

"Daya beli masyarakat terasa semakin turun. Mereka lebih sering mencari pakaian muslim yang harganya di bawah Rp 150.000 satu setel. Jumlah yang mereka beli juga berkurang, dari lebih dari dua setel, menjadi hanya satu setel," kata Dessi.

Ekonomi lesu

Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, turunnya penjualan pakaian muslim bagi kelas menengah ke bawah merupakan imbas lesunya perekonomian nasional. Pada satu sisi, pendapatan masyarakat turun karena banyaknya pekerja formal yang pindah ke sektor informal seiring pertumbuhan minus di industri padat karya.

Upah nominal buruh yang naik ternyata digerus inflasi sehingga upah riil mereka turun dan ikut menurunkan daya beli.

Di sisi lain, harga pangan stabil tinggi sejak tahun lalu dan menyedot 70 persen pengeluaran warga. Dengan berkurangnya pendapatan dan tingginya pengeluaran, membuat sisa daya beli warga menurun.

Penurunan daya beli semakin parah karena masyarakat harus mengeluarkan banyak uang untuk tahun ajaran baru sekolah. Hal itu yang membuat omzet penjualan pakaian muslim semakin dianggap sebagai kebutuhan tersier.

"Jika sebagian besar uang digunakan untuk kebutuhan primer dan sekunder, kebutuhan tersier bakal semakin terabaikan. Pakaian muslim untuk Lebaran yang dulu menjadi kebutuhan sekunder, kini menjadi tersier. Jika ekonomi tetap lesu, omzet penjualan barang-barang tersier akan terus turun, ini sudah terjadi sejak 2015," kata Enny.

(ECA/RAM/ESA/D02/D14)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Juni 2017, di halaman 2 dengan judul "Omzet Baju Muslim Anjlok".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Ini Rekayasa Lalu Lintas Saat LPS Monas Half Marathon 2024

Megapolitan
Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Dua Lansia di Bogor Ditangkap karena Cabuli Tiga Anak, Sempat Diinterogasi Ibu Korban

Megapolitan
Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Siasat Kakak Beradik Rekrut Puluhan Selebgram untuk Promosikan Situs Judi Online

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

[POPULER JABODETABEK] Saat Staf Hasto Kristiyanto Minta Perlindungan LPSK | Akrabnya Gibran dan Heru Budi Blusukan Bareng di Jakbar-Jakut

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 30 Juni 2024 dan Besok: Tengah Malam ini Berawan

Megapolitan
Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Sudirman Said Sebut Perencanaan Batavia 'Contekan' untuk Bangun Jakarta

Megapolitan
Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Sejumlah Titik dan Gedung di Jakarta Padamkan Lampu Malam Ini, Cek Lokasinya

Megapolitan
Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Mobil Tertimpa Pohon Saat Melintas, Sopir dan Penumpang Syok

Megapolitan
Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Pohon 15 Meter di Kuningan Mendadak Tumbang, Timpa Mobil yang Melintas

Megapolitan
Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Ulah Rombongan Tiga Mobil di Depok, Tak Bayar Makan yang Dipesan gara-gara Miskomunikasi

Megapolitan
Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Cerita Karyawan Warteg yang Kebakaran di Duren Tiga: Sempat Mati Listrik 2 Kali sebelum Api Membesar

Megapolitan
Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Komentar Sejarawan usai Lihat Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia...

Megapolitan
Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Cagar Budaya Gudang Timur Kasteel Batavia Memprihatinkan, Sejarawan Nilai Pemerintah Pilih Kasih

Megapolitan
Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Gudang Timur Kasteel Batavia di Kota Tua, Cagar Budaya tapi Kondisinya Tak Terawat

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Pengendara Motor Tewas Akibat Tabrak Separator Busway di Kebon Jeruk

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com