Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riwayat 490 Tahun Jakarta, Kontroversi, dan Tantangannya pada Hari Ini

Kompas.com - 22/06/2017, 10:16 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis

Daya tarik Jakarta menjadi luar biasa. Urbanisasi terus terjadi. Masalahnya, orang-orang yang datang ke Jakarta teramat beragam. Tak hanya suku, ragam itu mencakup soal latar belakang ekonomi, pendidikan, dan tentu saja kelakuan.

Kesenjangan sosial pun kemudian disebut sebagai tantangan terbesar Jakarta pada hari ini. Merujuk data Badan Pusat Statistik, rasio gini—indikator soal kesenjangan antara si kaya dan si miskin—di Jakarta mencapai 0,411 pada semester I/2016 dan 0,397 pada semester II/2016. Sebagai pembanding, angka nasional adalah  0,397 pada semester I/2016 dan 0,394 pada semester II/2017.

(Baca juga: Djarot: Kesenjangan Makin Tinggi karena Ada Orang Super Kaya)

Di Jakarta, orang super kaya gampang disebutkan keberadaannya, yang miskin juga banyak banget. Mereka hidup bersama di wilayah yang tak luas-luas amat, tak sampai 700 kilometer persegi. Sudah begitu biaya hidup melambung tinggi, tak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan rata-rata warga.

Tantangan turunan bagi Jakarta menjadi makin beragam. DKI Jakarta pada dasarnya tak lagi punya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar warganya. Sebut dulu, makanan utama apa yang dimakan orang Jakarta dan masih ditanam atau diternak di wilayah ini?

Daya dukung lingkungan juga terus susut. Sungai menyempit, tergerus kebutuhan permukiman. Lahan hijau bernasib setali tiga uang. Tanah pun berharga teramat tinggi.

Pendapatan yang relatif lebih besar dibandingkan daerah lain pada akhirnya habis untuk ongkos transportasi, biaya tempat tinggal atau kredit rumah, dan atau makan.

Faktor kelakuan lalu menambah persoalan. Buang sampah sembarangan, kebiasaan tak bisa antre dan main serobot, lalu persaingan tuntutan hajat hidup jadi menghalalkan segala cara termasuk soal hubungan timbal balik pungutan liar dan suap.

Boleh jadi, faktor tantangan di Jakarta juga ada di daerah lain. Namun, skalanya menjadi cenderung lebih mengkhawatirkan karena kepadatan orang di ruang wilayah sempit itu tadi. Sampah, misalnya, data per 2011 menyebut produksinya di Jakarta mencapai lebih dari 5.500 ton per hari.

Saat Jakarta makin menua, tantangan tak akan serta-merta reda. Hanya bila semua warga dan orang-orang yang beraktivitas di dalamnya punya visi besar yang sama untuk nyaman dan sejahtera tinggal bersama, bisa jadi cuma mimpi melihat kota ini rapi, tertib, dan berjaya.

Mau ikut menjaga Jakarta dan membuatnya lebih baik? Bila mau, ucapkan juga selamat ulang tahun untuk Jakarta lewat tindakan dan karya nyata, mulai dari diri sendiri!

Selamat ulang tahun, Jakarta....

 

(Simak: VIK Pasukan Penjaga Ibu Kota)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

KPAI Minta Polisi Kenakan UU Pornografi ke Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar

Megapolitan
Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Sudah Lakukan Ganti Untung, Jakpro Minta Warga Kampung Susun Bayam Segera Kosongi Rusun

Megapolitan
Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Anak di Jaktim Disetubuhi Ayah Kandung, Terungkap Ketika Korban Tertular Penyakit Kelamin

Megapolitan
Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Viral Video Pencopotan Spanduk Sekda Supian Suri oleh Satpol PP Depok

Megapolitan
BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

BNN Tangkap 7 Tersangka Peredaran Narkoba, dari Mahasiswa sampai Pengedar Jaringan Sumatera-Jawa

Megapolitan
Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Tren Penyelundupan Narkoba Berubah: Bukan Lagi Barang Siap Pakai, tapi Bahan Baku

Megapolitan
Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Kronologi Kampung Susun Bayam Digeruduk Ratusan Sekuriti Suruhan Jakpro

Megapolitan
KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

KPAI: Siswa SMP yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Rawat Jalan di Rumah

Megapolitan
BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

BNN Ungkap Lima Kasus Peredaran Narkoba, Salah Satunya Kampus di Jaktim

Megapolitan
Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Antisipasi Percobaan Bunuh Diri Berulang, KPAI Minta Guru SMP di Tebet Deteksi Dini

Megapolitan
Bus Transjakarta Bisa Dilacak 'Real Time' di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Bus Transjakarta Bisa Dilacak "Real Time" di Google Maps, Dirut Sebut untuk Tingkatkan Layanan

Megapolitan
Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Kampung Susun Bayam Dikepung, Kuasa Hukum Warga KSB Adu Argumen dengan Belasan Sekuriti

Megapolitan
Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Fakta Penutupan Paksa Restoran di Kebon Jeruk, Mengganggu Warga karena Berisik dan Izin Sewa Sudah Habis

Megapolitan
KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

KPAI Minta Hukuman Ibu yang Rekam Anaknya Bersetubuh dengan Pacar Diperberat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com