Daya tarik Jakarta menjadi luar biasa. Urbanisasi terus terjadi. Masalahnya, orang-orang yang datang ke Jakarta teramat beragam. Tak hanya suku, ragam itu mencakup soal latar belakang ekonomi, pendidikan, dan tentu saja kelakuan.
Kesenjangan sosial pun kemudian disebut sebagai tantangan terbesar Jakarta pada hari ini. Merujuk data Badan Pusat Statistik, rasio gini—indikator soal kesenjangan antara si kaya dan si miskin—di Jakarta mencapai 0,411 pada semester I/2016 dan 0,397 pada semester II/2016. Sebagai pembanding, angka nasional adalah 0,397 pada semester I/2016 dan 0,394 pada semester II/2017.
(Baca juga: Djarot: Kesenjangan Makin Tinggi karena Ada Orang Super Kaya)
Di Jakarta, orang super kaya gampang disebutkan keberadaannya, yang miskin juga banyak banget. Mereka hidup bersama di wilayah yang tak luas-luas amat, tak sampai 700 kilometer persegi. Sudah begitu biaya hidup melambung tinggi, tak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan rata-rata warga.
Tantangan turunan bagi Jakarta menjadi makin beragam. DKI Jakarta pada dasarnya tak lagi punya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar warganya. Sebut dulu, makanan utama apa yang dimakan orang Jakarta dan masih ditanam atau diternak di wilayah ini?
Daya dukung lingkungan juga terus susut. Sungai menyempit, tergerus kebutuhan permukiman. Lahan hijau bernasib setali tiga uang. Tanah pun berharga teramat tinggi.
Pendapatan yang relatif lebih besar dibandingkan daerah lain pada akhirnya habis untuk ongkos transportasi, biaya tempat tinggal atau kredit rumah, dan atau makan.
Faktor kelakuan lalu menambah persoalan. Buang sampah sembarangan, kebiasaan tak bisa antre dan main serobot, lalu persaingan tuntutan hajat hidup jadi menghalalkan segala cara termasuk soal hubungan timbal balik pungutan liar dan suap.
Boleh jadi, faktor tantangan di Jakarta juga ada di daerah lain. Namun, skalanya menjadi cenderung lebih mengkhawatirkan karena kepadatan orang di ruang wilayah sempit itu tadi. Sampah, misalnya, data per 2011 menyebut produksinya di Jakarta mencapai lebih dari 5.500 ton per hari.
Saat Jakarta makin menua, tantangan tak akan serta-merta reda. Hanya bila semua warga dan orang-orang yang beraktivitas di dalamnya punya visi besar yang sama untuk nyaman dan sejahtera tinggal bersama, bisa jadi cuma mimpi melihat kota ini rapi, tertib, dan berjaya.
Mau ikut menjaga Jakarta dan membuatnya lebih baik? Bila mau, ucapkan juga selamat ulang tahun untuk Jakarta lewat tindakan dan karya nyata, mulai dari diri sendiri!
Selamat ulang tahun, Jakarta....
(Simak: VIK Pasukan Penjaga Ibu Kota)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.