Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Pengendara Motor soal Wacana Larangan Melintasi Rasuna Said

Kompas.com - 10/08/2017, 18:19 WIB
Lila Wisna Putri

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Adanya wacana larangan sepeda motor untuk melewati Jalan HR Rasuna Said ditanggapi serius oleh sejumlah pengendara motor, khususnya mereka yang berprofesi sebagai ojek online dan kurir barang.

Febi, misalnya, pria paruh baya yang sehari-hari bekerja mendistribusikan dan mengantarkan majalah dengan menggunakan moda transportasi motor merasa keberatan apabila larangan tersebut diberlakukan.

"Kalau pakai mobil itu lama dan biayanya tinggi, ada parkir ada bensin. Mana Kuningan kan daerah bisnis, macet dimana-mana," ujar Febi saat ditemui Kompas.com, Kamis (10/8/2017).

Sementara menurut Febi, tiap harinya ia bisa mendapat tugas mengantar barang di 30 titik lokasi di Jakarta. Apabila banyak ruas jalan yang melarang sepeda motor lewat, maka akan merepotkan pekerjaannya.

Baca: DPRD DKI: Perluasan Pelarangan Sepeda Motor Jangan Beratkan Masyarakat

"Kejar target untuk antar barang sekian banyak, bisa enggak sampai karena keburu macet. Lagi ramai pembangunan juga, lebih macet lagi sekarang," tutur Febi.

Moda transportasi alternatif lain berupa sepeda mungkin bisa menjadi solusi bagi warga yang berprofesi sebagai kurir. Namun, Febi sendiri menyayangkan jalur sepeda tersebut tidak disediakan pemerintah di jalan protokol seperti Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

"Bisa mungkin antar pakai sepeda, anti-macet dan ongkos ringan. Tapi jalurnya enggak ada dan enggak boleh lewat trotoar kan?" ujarnya.

Sementara, pengemudi ojek online Uber, Mochammad juga menyayangkan adanya wacana larangan sepeda motor melintas di Jalan HR Rasuna Said.

"Itu akan bikin susah karena jadi mesti cari jalan alternatif, jauh dan memutar malah macet lagi," ujar Mochammad.

Baca: Pengemudi Ojek Online: Kawasan Rasuna Said Titik Pusat Kami Cari Uang

Ditemui secara terpisah, Asep Karsidi, pengemudi ojek online Grab, mengatakan hal yang serupa.

"Ini bukan jadi masalah bagi driver seperti kita saja, tapi juga ke masyarakat, ke penumpang. Sekarang lagi banyak pembangunan, macet dimana-mana. Orang kan cari cepet jadi maunya naik motor," tutur Asep saat ditemui Kompas.com.

Asep berpendapat bahwa larangan sepeda motor tidak perlu diberlakukan tahun ini.

"Mending fokus selesaikan pembangunan dulu, nanti tahun depan mau benahi transportasi motor baiknya gimana, ya saya bisa mengerti deh, wong ini saja belum kelar," ujar Asep sambil menunjuk proyek pembangunan LRT yang sedang dikerjakan sepanjang Jalan HR Rasuna Said.

Sebelumnya, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mengeluarkan rekomendasi pelarangan motor di Jalan Rasuna Said.

Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan, adanya wacana pelarangan sepeda motor di Jalan Rasuna Said dan jalan-jalan di wilayah lain sekitar Jakarta dilatarbelakangi kajian biaya transportasi dan angka kecelakaan di daerah-daerah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Polisi Gadungan di Jaktim Palak Pedagang dan Warga Selama 4 Tahun, Raup Rp 3 Juta per Bulan

Megapolitan
Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Pelajar dari Keluarga Tak Mampu Bisa Masuk Sekolah Swasta Gratis Lewat PPDB Bersama

Megapolitan
Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi 'Pilot Project' Kawasan Tanpa Kabel Udara

Dua Wilayah di Kota Bogor Jadi "Pilot Project" Kawasan Tanpa Kabel Udara

Megapolitan
Keluarga Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Keluarga Korban Begal Bermodus "Debt Collector" Minta Hasil Otopsi Segera Keluar

Megapolitan
Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Masih di Bawah Umur, Pelaku Perundungan Siswi SMP di Bogor Tak Ditahan

Megapolitan
Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Polisi Gadungan di Jaktim Tipu Keluarga Istri Kedua Supaya Bisa Menikah

Megapolitan
Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Ini Berkas yang Harus Disiapkan untuk Ajukan Uji Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Siswa SMP Lompat dari Gedung Sekolah, Polisi: Frustasi, Ingin Bunuh Diri

Megapolitan
5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

5 Tahun Diberi Harapan Palsu, Sopir Angkot di Jakut Minta Segera Diajak Gabung ke Jaklingko

Megapolitan
Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Seorang Perempuan Luka-luka Usai Disekap Dua Pria di Apartemen Kemayoran

Megapolitan
Korban Begal Bermodus 'Debt Collector' di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Korban Begal Bermodus "Debt Collector" di Jaktim Ternyata Tulang Punggung Keluarga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com