JAKARTA, KOMPAS.com - Rohenah alias Erna, warga Jakarta kelahiran 1982, sangat bersyukur karena dirinya kini terbebas dari jerat narkoba yang membelenggunya selama 16 tahun. Hidup sebagai pecandu sabu membuatnya sangat tersiksa.
"Saya mulai jadi pecandu sejak saya duduk di bangku SMP. Tepatnya di tahun 1998 hingga tahun 2014," ujar Erna, ketika ditemui di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (20/8/2017).
Erna yang tinggal di jalan Melati, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, mengaku jenuh kecanduan narkoba pada 2014. Karena narkoba juga harta bendanya terkuras dan dia merasa jadi pribadi yang aneh.
"Saya saat itu sudah muak. Kepribadian saya ini jadi aneh. Kadang marah sendiri, kadang seneng sendiri. Bisa bahagia kalau nyabu, dipermainkan narkoba kan jadinya," ungkap Erna.
Awal mula terjerat narkoba
Saat masih duduk di bangku sekolah, Erna berprestasi dan selalu menjadi juara kelas.
"Tapi di sebuah semester nilai teman saya lebih baik dari saya. Saya saat itu depresi karena sebelumnya belum ada yang mengalahkan prestasi saya," ucap dia.
Saat itu, Erna menduga prestasinya kalah karena kurang giat belajar. Dia kemudian mencoba meningkatkan waktu belajarnya agar dapat kembali menjadi juara kelas.
"Tapi ternyata saya ini tidak terlalu bisa begadang. Lalu ada tetangga saya yang memberi tahu bahwa sabu bisa bikin badan fresh dan kuat tidak tidur sampai pagi sekalipun," ujar Erna.
Sejak saat itu, Erna mulai menggunakan sabu hingga 2014.
Jadi klien rehabilitasi BNN
Pada 2014, Erna mencari informasi mengenai tempat pengobatan yang dapat membuatnya pulih dari kecanduan narkoba.
"Saya nemu info di internet kalau rehabilitasi di BNN (Badan Narkotika Nasional) itu gratis. Saya lalu pergi ke BNN Provinsi (BNN-P) DKI Jakarta di akhir 2014," kata dia.
Di tempat itu, Erna diberikan berbagai terapi dan pelatihan.
"Selain itu saya juga diajari ngaji, sisi religiusitas saya dibentuk juga di situ," ujar Erna.