JAKARTA, KOMPAS.com - Jika Anda tengah berada di kawasan Pasar Kambing di Jalan Sabeni, Tanah Abang, Jakarta Pusat, berjalan hingga menemui jalan pertigaan menuju Jalan Jati Bunder.
Setibanya di sana, berbeloklah ke kiri sekitar 100 meter hingga menemui sebuah jembatan kecil.
Dari atas jembatan tersebut Anda akan menemui sebuah pemandangan yang tak indah. Sampah menumpuk dan hampir memenuhi seluruh aliran sungai.
Pada Rabu (6/9/2017) Kompas.com mencoba menyusuri gang sempit di sepanjang Jalan Jati Bunder, Tanah Abang, Jakarta Barat.
Sekitar pukul 12.00 WIB, saat matahari berada tepat di atas kepala, berada di Jalan Jati Bunder tak hanya sengatan matahari yang menganggu perjalanan Kompas.com, bau busuk dari arah sungai pun menciptakan ketidaknyamanan yang tak terlupakan.
Baca: Di Desa Ini, Selokan Sampah "Disulap" Jadi Berair Jenih dan Penuh Ikan
Melintasi RT 14 Jalan Jati Bunder, sejumlah toilet umum terlihat bertengger di sekitar pinggiran sungai.
Meski demikian, tak sedikit jumah penduduk yang membangun dapur di sepanjang jalan tersebut.
Bayangkan, tempat memasak warga menjadi satu dengan toilet umum dan sungai yang penuh dengan tumpukan sampah berbau busuk.
Di sungai tersebut sampah plastik sangat mendominasi. Ratusan bahkan mungkin ribuan benda plastik berbagai warna, bentuk, ukuran, dan kondisi menjadi "teman hidup" warga sehari-hari.
Siang itu terlihat aktivitas warga. Sejumlah perempuan memasak dengan menghadap ke arah sungai sambil asyik berbincang dengan kerabatnya.
Semua berjalan normal seolah bau busuk yang teramat menyengat tak mereka rasakan.
Anak-anak kecil berlarian di tepi sungai sambil sesekali mencelupkan kakinya ke sungai yang berair keruh tersebut, bahkan beberapa anak dengan santai buang air kecil di sungai itu.
Anak-anak bermain di sekitar sungai yang airnya tak lagi mengalir, berwarna hitam pekat, dan berbau tak sedap.
Sudah seminggu tak dibersihkan
Siang itu, seorang perempuan paruh baya tengah mencincang daging sapi yang dia dapatkan di hari raya Idul Adha.
Perempuan yang kerap disapa Hajah Ade ini memiliki dapur yang langsung menghadap ke tepi sungai.
"Memang kotor ini sungainya, orang dari sebelum Idul Adha itu tidak dibersihkan, berarti udah semingguan enggak ada yang ngangkut sampah," ujarnya ketika ditemui Kompas.com.
Ia mengatakan, hari ini ada enam orang petugas dari Suku Dinas Tata Air yang meninjau lokasi ini.
Pernyataan ini dibenarkan suami dan anak Hajah Ade. "Iya makanya, kan digaji kok enggak jadi bersihin, udah seminggu padahal," kata suami Ade.
Di lantai dua rumah kayunya, Ade memiliki beberapa kamar yang disewakan dengan tarif Rp 300.000.
"Tarifnya murah tapi kamarnya masih aja kosong, siapa yang mau sewa di lingkungan kumuh begini," keluhnya.
Baca: Kampanye Rasa Malu, Ratusan Relawan Bersihkan Sampah di Sungai
Ia mengakui, di kawasan tersebut warga tak memiliki kesadaran untuk tak membuang sampah di sungai.
Sejumlah warga kontrakan dan penghuni kos yang bermukim di lokasi tersebut sering melemparkan begitu saja sampah-sampah plastik ke sungai.
Menurut warga lain bernama Dody, akses pembuangan sampah di sekitar lokasi ini cukup jauh.
"Kalau mau buang sampah ya harus ke pasar atau ke belakang kantor kecamatan, jadi warga itu biasanya males dan milih buang ke kali, termasuk saya sih," kata dia.
Menurutnya, selama ini warga hanya mengandalkan bantuan PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum) yang berkeliling mengangkut sampah setiap dua hari sekali.
"Tapi ya harus ngantar ke ujung jalan kalau mau nitip sampah ke PPSU, kan gerobak sampah enggak bisa lewat gang ini," ucapnya.
Kompas.com kemudian menaiki tangga kecil yang berada di ujung gang itu. Dari tempat tersebut terlihat dengan jelas sungai di Jati Bunder seolah tak lagi dialiri air, sungai Jati Bunder menjelma bak "Sungai Sejuta Sampah".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.