Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Pengeroyokan terhadap Pelanggan Rumah Tua Vape hingga Tewas

Kompas.com - 10/09/2017, 15:25 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Abi Qowi Suparto (20) meregang nyawa di tangan para pengurus toko Rumah Tua Vape, sebuah kelompok usaha yang menjual rokok elektronik atau vape di Pejompongan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Saat itu, Qowi dituduh mencuri satu set paket vape seharga Rp 1,6 juta lalu diincar oleh pengurus toko hingga mereka menawarkan kepada warganet untuk memburu Qowi melalui unggahan di Instagram.

"Mereka mengecek (kamera) CCTV, dari sana dan data yang ada pada toko tersebut, diduga ada seseorang bernama Qowi mengambil barang tersebut. Sebelumnya, Qowi sudah pernah membeli di toko ini dan saat pembelian, diberikan data nama sama alamat email," kata Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Nico Alfinta saat menggelar konferensi pers di Polda Metro Jaya, Minggu (10/9/2017).

Para pengurus toko Rumah Tua Vape bernama Fachmi Kurnia Firmansyah, Aditya Putra Wiyanto, Rajasa Sri Herlambang alias Dimas, Armyando Azmir alias Ando, dan beberapa orang lagi mengunggah informasi soal Qowi ke Instagram @rumahtuavape, berikut dengan tawaran. Tawaran yang dimaksud adalah uang Rp 5 juta bagi warganet yang bisa menangkap Qowi yang disebut sebagai maling vape di toko mereka.

"Pada 29 Juli mereka dapat info Qowi ada di Karet, didatangi ke sana bertemu dengan neneknya. Neneknya tinggal di sana, bertemu juga dengan bapaknya. Disampaikan di situ, kalau bisa diselesaikan secara kekeluargaan," tutur Nico.

Baca juga: Dituding Mencuri Vape, Seorang Pria Tewas Dikeroyok

Saat rumahnya didatangi, Qowi sedang tidak ada di lokasi. Ayah Qowi pun disebut menjanjikan akan memberi tahu anaknya agar masalah tersebut segera diselesaikan dan vape yang diambil bisa dikembalikan ke toko Rumah Tua Vape. Namun, setelah menunggu hampir sebulan, tidak ada kabar lebih lanjut.

Singkat cerita, Fachmi dan rekan-rekannya mendapat info tentang keberadaan Qowi dan mereka pun menemui Qowi. Saat itu, Qowi langsung dibawa ke Rumah Tua Vape, diinterogasi, lalu dipukuli.

"Fachmi, Ando, Dimas, dan Adit beserta tiga tersangka lainnya melakukan pengeroyokan sambil menginterogasi. Karena kondisinya semakin parah, pukul 20.00 WIB Qowi dibawa ke rumah sakit di Tanah Abang, dirawat kurang lebih satu jam, lalu dibawa ke Rumah Sakit Tarakan. Dari 29 Agustus sampai 3 September, yang bersangkutan dirawat lalu meninggal dunia," ujar Nico.

Orangtua Qowi baru tahu anaknya meninggal dunia setelah cerita tentang pengeroyokan itu beredar di media sosial. Pihak keluarga pun melaporkan para tersangka dan langsung diamankan polisi pada 7 September 2017 lalu.

Baca juga: Seorang Pemuda di Sukabumi Tewas Diduga Dikeroyok Massa

Saat ini, polisi baru mengamankan lima tersangka pengeroyokan, berikut dengan seorang berinisial PH yang masih didalami perannya. Mereka dikenakan Pasal 170 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang Pengeroyokan dan Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dengan ancaman hukuman maksimal hukuman mati.

Kompas TV Polisi Berusaha Ungkap Kasus Main hakim Sendiri
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com