Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Banyak Toko Obat di Depok Jual Obat Keras secara Ilegal

Kompas.com - 20/09/2017, 14:18 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

DEPOK, KOMPAS.com - Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok menduga banyak toko obat di wilayah tersebut menjual obat keras secara ilegal. Dugaan itu mengemuka setelah penggerebekan sebuah toko obat di Jalan Pekapuran, Cimanggis pada Selasa kemarin. Toko itu dilaporkan sering menjual obat keras ilegal.

Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Depok, Ajun Komisaris Besar Hesti Cahyasari menyatakan, pihaknya sudah menerima laporan mengenai toko-toko obat di Depok yang kerap menjual obat keras ilegal.

"Yang kemarin kami razia baru satu toko. Tapi dari laporan masih ada beberapa toko yang lain," kata Hesti di Mapolresta Depok, Rabu (20/9/2017).

Dalam penggerebekan di Pekapuran pada Selasa kemarin, aparat gabungan dari BNN dan Polresta Depok menyita 15.743 butir obat dari berbagai jenis, masing-masing Tramadol, Heximer, Tramadol Dexa, Trihex, Dumolid, Aprazolam dan Reklona.

Menurut Hesti, obat-obat tersebut tidak ditemukan di etalase toko, melainkan di dapur dan plafon bangunan.

"Jadi memang ada indikasi obatnya ini dijual secara ilegal," ujar dia.

Baca juga: Dijual Ilegal, Obat Keras di Depok Bisa Dibeli Seharga Rp 10.000

Tidak hanya menyita obat, aparat gabungan juga mengamankan 15 orang calon pembeli obat. Mereka dijaring satu per satu setelah kedapatan datang ke toko obat Anugerah untuk membeli obat keras yang disita.

Dari 15 orang, dua diantaranya diketahui pelajar kelas II SMP dan II SMA. Mereka semua diamankan hanya dalam tempo waktu setengah jam.

"Itu hanya setengah jam. Kalau menunggu beberapa jam mungkin bisa satu truk yang diangkut," kata Hesti.

Obat-obat keras yang disita di Depok diketahui adalah obat golongan "G" yang pemakaiannya harus atas seizin dokter. Namun di toko obat Anugerah, pembeli dapat membeli secara bebas berapapun jumlahnya.

Dari hasil pemeriksaan terhadap para calon pembeli yang diamankan, mereka membeli obat keras itu untuk dijadikan sebagai penenang. Hesti menilai apa yang dirasakan tersebut sebenarnya hanya sugesti.

Hesti menyebutkan, para pengguna obat keras yang diamankan akan direhabilitasi di panti sosial.

"Setelah ini akan dilakukan tes urine dan diassesment. Kemudian baru ditentukan apakah akan direhabiliasi secara sosial atau medis," kata Hesti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Polisi Kantongi Identitas Preman Perusak Gerobak Bubur Pakai Celurit di Jatinegara

Megapolitan
Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Preman Penghancur Gerobak Bubur di Jatinegara Masih Buron

Megapolitan
Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Jambret Beraksi di Depan JIS, Salah Satu Pelaku Diduga Wanita

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Kondisi Terkini TKP Brigadir RAT Bunuh Diri: Sepi dan Dijaga Polisi

Megapolitan
Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Wanita Jatuh ke Celah Peron dan Gerbong KRL di Stasiun Manggarai

Megapolitan
Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Tepergok Curi Motor di Kelapa Gading, Pelaku Tembaki Sekuriti dengan Airsoft Gun

Megapolitan
Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Kompolnas Tetap Dorong Brigadir RAT Diotopsi: Untuk Memperjelas Penyebab Kematian

Megapolitan
Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Bule AS Terkesan dengan KRL Jakarta: Lebih Bagus dan Bersih dari Subway New York dan Chicago

Megapolitan
Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Kompolnas Dorong Penyelidikan dan Penyidikan Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT Secara Profesional

Megapolitan
Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Tak Terkait SARA, Perusakan Gerobak Bubur di Jatinegara Murni Aksi Premanisme

Megapolitan
Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Polisi Bubarkan Pemuda yang Nongkrong Hingga Larut Malam di Jakut Demi Hindari Tawuran

Megapolitan
Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Dua Pemuda Terjerat Pinjol Pilih Merampok, Berakhir Dipenjara dengan Ancaman Hukuman 12 Tahun

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com