JAKARTA, KOMPAS.com - Intensitas hujan di Jakarta meningkat di bulan-bulan penghujung tahun ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan puncak musim hujan di Jakarta dan sekitarnya terjadi pada Desember 2017 hingga Januari 2018.
Potensi banjir selalu ada setiap tahunnya, sesuai intensitas hujan. Tingginya intensitas hujan membuat banyak titik di Jakarta dan tergenang.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kini berupaya mencari cara untuk mengatasi dan mencegah banjir itu. Salah satunya dengan memerintahkan anak buahnya mengeruk Kali Krukut, menyusul tewasnya seorang warga akibat luapan air di sana.
Namun langkah itu tidak mudah. Alat berat sulit masuk ke Kali Krukut. Banyak bangunan berdiri di bantaran kali. Agar alat berat bisa masuk, harus ada bangunan di bantaran kali itu yang dibongkar.
"Di sana ada satu tempat yang langsung dibongkar temboknya supaya amfibi kita bisa turun. Kalo tidak, enggak bisa bergerak, jadi hambatan besar itu," ujar Anies, Rabu (15/11/2017).
Baca juga : Sulitnya Akses Masuk Alat Berat Jadi Kendala Pengerukan Kali Krukut
Kepala Suku Dinas Sumber Air Jakarta Selatan Holi Susanto mengatakan, bangunan yang dibongkar yakni tembok salah satu hotel di Jalan Wolter Monginsidi. Pembongkaran dilakukan sekitar dua pekan lalu.
Atas perintah Anies untuk membongkar tembok, kini dua ekskavator amfibi bisa mengeruk lumpur di dasar Kali Krukut. Selain lumpur, petugas di sana juga mengeruk sisa-sisa pondasi turap berupa batu kali berukuran besar.
Kali Krukut di Wolter Monginsidi sudah dikeruk sejak 2 November 2017. Kali dengan total panjang 84,4 kilometer itu terakhir dikeruk pada 2015 oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
Anies menilai pengerukan sungai saat ini lebih penting dilakukan ketimbang melakukan pelebaran atau normalisasi. Sebab, pengerukan tidak membutuhkan waktu lama seperti pelebaran sungai.
Menurut Anies, saat ini langkah tersebut efektif karena membuat permukaan air menjadi lebih rendah. Setelah dikeruk selama 10 hari, kedalaman Kali Krukut sudah 2 meter.
"Bisa kita lihat (perbedaan) bekasnya air (di Kali Krukut) dua minggu lalu dan air sekarang itu sudah jauh lebih rendah karena dikeruk," kata Anies.
Pengerukan pun hanya dilakukan di bagian tengah sungai. Sebab, jika dikeruk sampai ke tepi sungai, tembok-tembok bangunan yang ada di bantaran sungai bisa retak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.