Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar Stasiun Tanah Abang Jadi "Lahan Basah" Preman Tarik Iuran ke PKL

Kompas.com - 16/11/2017, 18:23 WIB
Iwan Supriyatna

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan sekitar Stasiun Tanah Abang adalah salah satu lokasi strategis para pedagang kaki lima (PKL) menjajakan barang dagangannya.

Di lokasi tersebut, pedagang bisa meraup keuntungan yang lebih besar dibandingkan lokasi lain di sekitar Pasar Tanah Abang.

Hal tersebut dikatakan Roni (bukan nama sebenarnya) seorang pedagang baju yang mengaku sudah hampir 3 tahun berjualan di dekat Stasiun Tanah Abang. Menurut Roni, dengan berjualan di dekat stasiun, orang lebih banyak yang membeli barang dagangannya.

"Di sini sehari enggak kurang dari 1 juta untungnya aja," kata Roni sambil menjajakan dagangannya di atas trotoar yang dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta.

Baca juga : DKI Selidiki Dugaan PNS Terlibat Sewa Lapak di Trotoar Tanah Abang

Namun, dengan besarnya pemasukan yang didapatkannya, pungutan iuran yang dilakukan oleh para preman yang diyakininya adalah anak buah salah seorang tokoh ternama di kawasan Tanah Abang ini pun juga cukup besar.

Pedagang kaki lima memenuhi jalur pedestrian di dekat pintu keluar Stasiun Tanah Abang, Kamis (9/11/2017).Kompas.com/Sherly Puspita Pedagang kaki lima memenuhi jalur pedestrian di dekat pintu keluar Stasiun Tanah Abang, Kamis (9/11/2017).

Dalam sehari, 3 sampai 4 orang meminta iuran kepada para pedagang. Besarannya pun bervariasi, mulai dari Rp 3.000, Rp 5.000 sampai Rp 10.000 per hari.

Padahal Roni telah membayar iuran sebesar Rp 500.000 untuk biaya sewa lahan yang terdapat di atas trotoar selama satu bulan.

"Siang ada yang minta 3.000, itu bisa dua orang yang beda, menjelang sore ada lagi yang minta 5.000 orangnya beda juga," terang pria asal Sumatera ini.

Baca juga : Sandiaga Minta PKL Tak Ladeni Pungli di Tanah Abang

Pantauan Kompas.com sejak pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB, terdapat beberapa orang yang mendatangi tempat berjualan Roni. Pertama, ada yang meminta iuran sebesar Rp 3.000, menurutnya iuran tersebut adalah iuran parkir.

"Kalau ada trantib, barang-barang kita diberesin dulu, disimpan di parkiran, kalau trantib sudah enggak ada ya dipasang lagi," tuturnya.

Jalur pedestrian di seberang pintu keluar Stasiun Tanah Abang diokupasi PKL, pejalan kaki berjalan di badan jalan, Kamis (9/11/2017). Kompas.com/Sherly Puspita Jalur pedestrian di seberang pintu keluar Stasiun Tanah Abang diokupasi PKL, pejalan kaki berjalan di badan jalan, Kamis (9/11/2017).

Tak selang beberapa lama, saat sosok bertubuh kurus tersebut menikmati kopi di gelas plastik yang dibelinya, ada pria datang tanpa bersuara apapun tapi terlihat menggengam uang lembar Rp 5.000. Roni pun seolah sudah tahu apa yang harus dilakukannya.

"Mintanya sih enggak maksa, tapi ya sering," tuturnya.

Roni tak bisa berbuat banyak, yang penting baginya adalah bisa tetap berjualan meski di atas trotoar yang diperuntukan bagi para pejalan kaki.

Baca juga : Menyaksikan Preman Meminta Jatah Harian kepada PKL Tanah Abang

Kompas TV Salah satu pekerjaan rumah pemerintah provinsi DKI Jakarta adalah pembenahan kawasan Tanah Abang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Asal-usul Pesawat Jatuh di BSD, Milik Anggota Indonesia Flying Club yang Ingin Survei Landasan

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Selasa 21 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

[POPULER JABODETABEK] Korban Pesawat Jatuh di BSD Sempat Minta Tolong Sebelum Tewas | Kondisi Jasad Korban Pesawat Jatuh di BSD Tidak Utuh

Megapolitan
Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Rute Bus Tingkat Wisata Transjakarta BW2

Megapolitan
Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Cara ke Mall Kelapa Gading Naik Kereta dan Transjakarta

Megapolitan
Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Ayah di Jaktim Setubuhi Anak Kandung sejak 2019, Korban Masih di Bawah Umur

Megapolitan
Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Sempat Tersendat akibat Tumpahan Oli, Lalu Lintas Jalan Raya Bogor Kembali Lancar

Megapolitan
Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Ibu di Jaktim Rekam Putrinya Saat Disetubuhi Pacar, lalu Suruh Aborsi Ketika Hamil

Megapolitan
Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Komnas PA Bakal Beri Pendampingan Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah

Megapolitan
Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Penanganan Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Lambat, Pelaku Dikhawatirkan Ulangi Perbuatan

Megapolitan
Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Pendaftaran PPDB Jakarta Dibuka 10 Juni, Ini Jumlah Daya Tampung Siswa Baru SD hingga SMA

Megapolitan
Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Kasus Perundungan Siswi SMP di Bogor, Polisi Upayakan Diversi

Megapolitan
Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Disdik DKI Akui Kuota Sekolah Negeri di Jakarta Masih Terbatas, Janji Bangun Sekolah Baru

Megapolitan
Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Polisi Gadungan yang Palak Warga di Jaktim dan Jaksel Positif Sabu

Megapolitan
Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Kondisi Siswa SMP di Jaksel yang Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah Sudah Bisa Berkomunikasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com