Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Anwar, "Office Boy" Sejak Era Sutiyoso yang Kini Jualan Donat di Balai Kota

Kompas.com - 04/12/2017, 20:22 WIB
Sherly Puspita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hampir setiap hari pria itu mengenakan pakaian batik dengan paduan celana bahan berwarna gelap. Perawakannya gagah, kulitnya terang. Hampir setiap hari, pria berusia 46 tahun itu berkeliaran di lingkungan Balai Kota DKI Jakarta.

Penampilannya mirip pegawai Balai Kota. Hanya saja, anggapan pegawai Balai Kota itu lenyap ketika kita memperhatikan apa yang selalu dibawanya.

Bukan dokumen atau tas kulit yang dijinjingnya, melainkan sebuah kantong plastik hitam berukuran cukup besar. Plastik hitam itu menutupi sebuah toples berukuran besar.

"Mbak, mau donatnya, Mbak? Ada peyek juga, atau mau stik keju?" kata Anwar menjajakan dagangannya kepada Kompas.com, Senin (4/12/2017).

Anwar Perdamaian Harahab, begitulah nama pria tersebut.

Bukan pegawai Balai Kota DKI, melainkan penjual donat.

Baca juga : Sekda DKI Usul PHL Berijazah SD dan SMP Diangkat Jadi PNS

Meski hanya seorang penjual donat, Anwar tampak akrab dengan pegawai Balai Kota lainnya, tampak seperti kawan lama.

"Saya itu dulu kerja di Balai Kota, tapi dipecat beberapa bulan lalu," ujar Anwar.

Anwar bercerita, dirinya menjadi Pekerja Harian Lepas (PHL) Biro Umum atau office boy di Balai Kota sejak kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso. Anwar menjadi PHL Biro Umum hingga kepemimpinan mantan Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat.

"Dulu saya enggak pernah punya masalah apa-apa. Tapi beberapa bulan lalu saya dipecat karena dituduh menerima uang dari pegawai kalau saya habis dimintai tolong beli makanan misalnya," kata dia.

Baca juga : Djarot Ingin PHL Bersertifikat Naik Kelas

Pada saat itu, lanjutnya, ia bersama 12 orang lainnya dipecat karena tuduhan yang sama.

"Saya dipecat, hilang mata pencaharian saya. Saya ini dari Bogor, bingung mau kerja apa, anak saya masih kecil. Ya sudah saya jual donat saja," ucap Anwar.

Berdagang di Balai Kota, lanjut dia, merupakan pilihan terbaik. Pasalnya sudah banyak pegawai yang mengenalnya dan mau membeli dagangannya.

Baca juga : Kontraknya Tak Diperpanjang, PHL Ini Mengadu ke Ahok Sambil Menangis

Anwar menjual donat seharga Rp 10.000 tiap 5 donat. Setiap harinya, Anwar bisa menjual 15 pack donat. Anwar enggan berbagi keuntungan yang didapatnya tiap harinya. Yang terpenting, pekerjaannya kini dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

"Kadang ada yang ngasih lebih, saya bersyukur. Yang penting saya enggak minta-minta. Ini dagangan dari teman istri saya, alhamdullilah lumayan hasilnya," ujar Anwar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Bagaimana jika Rumah Potong Belum Bersertifikat Halal pada Oktober 2024? Ini Kata Mendag Zulhas

Megapolitan
Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Tewasnya Mahasiswa STIP di Tangan Senior, Korban Dipukul 5 Kali di Bagian Ulu Hati hingga Terkapar

Megapolitan
Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Fenomena Suhu Panas, Pemerintah Impor 3,6 Juta Ton Beras

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com