JAKARTA, KOMPAS.com - Pembuatan dan perpanjangan paspor masih menjadi pekerjaan rumah untuk Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Jakarta Selatan. Meski sudah menyediakan layanan online, banyak warga yang mengeluhkan antrean online yang justru cepat penuh dan tidak tersedia.
Kepala Bidang Lalu Lintas dan Status Keimigrasian Kantor Imigrasi Jakarta Selatan Marina M Harahap mengatakan, antrean online sulit didapat, lantaran ketidakdisiplinan warga itu sendiri.
"Memasuki masa liburan, kadang orang baru mengajukan permohonan ketika akan berangkat, sehingga terjadi lonjakan," kata Marina, Selasa (19/12/2017).
Selain itu, lonjakan juga banyak berasal dari jamaah umrah ke Arab Saudi. Banyak di antara jemaah mengajukan permohonan perubahan paspor biasa ke e-paspor.
Baca juga: Jokowi: Paspor Harus Dilayani Cepat, Awas kalau Ada yang Main-main
"Ada informasi kalau pakai e-paspor, nanti dihilangkan dendanya Rp 1 juta. Sebab ada denda kalau dalam waktu 3 tahun, lebih dari 1 kali berangkat umrah," ujarnya.
Baca juga: Jokowi: Saya Tidak Mau Rakyat Tak Pegang Paspor Gara-gara Ada yang Mainin
Menurut Marina, kuota pengurusan paspor setiap harinya hampir 500. Antrean permohonan ini dibagi menjadi walk in ke kantor imigrasi dan pengajuan online. Di Jakarta Selatan, keduanya sama-sama membeludak.
Upaya yang dilakukan untuk mempercepat pelayanan di lonjakan akhir tahun, dengan membuka pelayanan pada Sabtu, membuka booth di Mal Gandaria City, dan berkantor di Mal Pelayanan Publik setiap Jumat. Meski masih ada kekurangan, Marina mengklaim pelayanan yang diberikan semakin baik dari tahun-tahun sebelumnya.
"Yang kami ketahui sebelum ada antrean online, orang mengantre dari jam 03.00 pagi, kami sebagai petugas kan juga kasihan, tujuan antrean online itu ya untuk memanusiakan masyarakat, tapi kok membeludak antreannya. Ke depannya, kami akan melaporkan ke kantor pusat agar tidak terjadi lagi," ujar Marina.