Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keinginan Sopir Bajaj Dapat Lintasi Jalan Protokol hingga Dibuatkan Selter

Kompas.com - 09/01/2018, 21:20 WIB
Stanly Ravel

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Bajaj merupakan salah satu moda transportasi umum yang masih menjadi pilihan warga Jakarta. Para pengemudi bajaj masih bertahan di tengah serbuan transportasi berbasis online. Salah seorang pengemudi bajaj, Samari ingin pemerintah tak membedakan bajaj dengan angkutan umum lainnya.

Ia meminta pemerintah mengizinkan bajaj melintasi ruas protokol di Jakarta. Meskipun di dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, roda tiga tidak tergolong angkutan umum. Selain itu, selama ini bajaj dianggap sebagai angkutan lingkungan dan hanya diperbolehkan melintas di jalan lingkungan.

"Kami ada (membayar) pajak tahunan, ada pajak KIR yang enam bulan sekali (harus dibayar). lagi pula kami ini kan transportasi umum bukan pribadi, jadi adilnya harusnya kami juga boleh melintas (jalan protokol)," ucap Samari yang kerap mangkal di depan Djakarta Theater kepada Kompas.com, Selasa (9/1/2018).

Samari yang juga anggota Komunitas Bajaj Gas (Kobagas) itu menjelaskan, larangan bajaj melintas di jalan protokol saat ini sudah tidak efektif. Sebab persaingan mencari nafkah semakin sulit sejak adanya ojek online. Belum lagi dengan harga bahan bakar yang terus meningkat.

Baca juga: Soal Nasib Bajaj, Sandiaga Usul Ada Integrasi dengan Transjakarta hingga Jadi Pengangkut Sampah

"Kalau diizinkan melintas, kami senang. Kami tidak perlu berputar jauh mencari jalan alternatif yang bikin bensin malah cepat habis. Selama 11 tahun saya menarik bajaj, belum pernah kami diizinkan beroperasi melintas di jalan protokol," kata Samari.

Ilham, sopir bajaj lainnya, mengungkapkan keinginaannya dapat melintasi Jalan MH Thamrin. Terlebih, Mahkamah Agung (MA) membatalkan peraturan gubernur pelarangan motor di sana. Dengan demikian, lanjutnya, pendapatan yang akan diterima pengemudi bajaj lebih baik.

Dibuatkan selter

Selain menanggapai pencabutan larangan sepeda motor, para pengemudi bajaj yang beroperasi di kawasan MH Thamrin berharap pemerintah memperhatikan fasilitas mereka beroperasi. Salah satunya selter untuk mereka menunggu pelanggan.

"Kami ini sebenarnya tidak enak hati sering disebut bikin macet karena harus mangkal di pinggir jalan, tetapi mau (parkir) di mana lagi, tidak ada lokasi lain," ujar Samari.

Samari mengatakan, selama ini sebenarnya para sopir bajaj enggan mengetem di pinggir jalan lantaran harus kucing-kucingan dengan petugas Dinas Perhubungan. Namun, mereka terpaksa berhenti sembarangan karena banyak pelanggan di kawasan tersebut.

Baca juga: Mantan Sopir Bemo Diarahkan Beralih ke Bajaj Roda Empat

"Kalau mau dibilang capek, ya capek, Mas. Kami ini sudah capek kalau kena (penertiban) Dishub harus bayar lagi," kata Samari.

Menurutnya selter juga bisa menjadi tempat istirahat para pengemudi bajaj. Selain itu, selter membuat bajaj tidak berhenti sembarangan di badan jalan.

Hal senada juga disampaikan Ujang, sopir bajaj bahan bakar gas yang biasa melayani pelanggan di kawasan Tanah Abang. Ujang mengatakan, selter bisa menghemat penggunaan bahan bakar. 

Baca juga: Bajaj Roda Empat yang Diuji Coba di Jakarta Belum Berbahan Bakar Gas

"Kalau (berhenti) di pinggir jalan, kan, tidak boleh, otomatis bajaj kami harus jalan terus, itu yang buat kami boros gas. Karena kalau kami mau isi gas itu lokasinya jauh, paling dekat di Monas, tetapi itu pun sering rusak. Akhirnya kami terpaksa lari ke Pulogadung," kata Ujang.

Kompas TV Ukurannya yang kecil dan bermesin mudah bermanuver di gang-gang ibu kota
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Pihak Keluarga Bakal Temui Ibu Pengemis Viral yang Paksa Orang Sedekah

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Setubuhi Korban Sebelum Membunuhnya

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Dikenakan Pasal Pembunuhan Berencana

Megapolitan
Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Tak Sadar Jarinya Digigit sampai Putus, Satpam Gereja: Ada yang Bilang 'Itu Jarinya Buntung'

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Pembunuh Wanita Dalam Koper Jadi Tersangka, Dijerat Pasal Pembunuhan dan Curas

Megapolitan
Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Korban Duga Pelaku yang Gigit Jarinya hingga Putus di Bawah Pengaruh Alkohol

Megapolitan
Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Geng Motor Nekat Masuk 'Kandang Tentara' di Halim, Kena Gebuk Provost Lalu Diringkus Polisi

Megapolitan
Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Banyak Kondom Bekas Berserak, Satpol PP Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Bukan Rebutan Lahan Parkir, Ini Penyebab Pria di Pondok Aren Gigit Jari Satpam Gereja hingga Putus

Megapolitan
PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

PN Jakbar Tunda Sidang Kasus Narkotika Ammar Zoni

Megapolitan
Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Pelaku dan Korban Pembunuhan Wanita Dalam Koper Kerja di Perusahaan yang Sama

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Curi Uang Rp 43 Juta Milik Perusahaan Tempat Korban Kerja

Megapolitan
Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Pengemis yang Videonya Viral karena Paksa Orang Sedekah Berkali-kali Minta Dipulangkan dari RSJ Bogor

Megapolitan
Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Mengaku Kerja di Minimarket, Pemuda Curi Uang Rp 43 Juta dari Brankas Toko

Megapolitan
Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Kronologi Pria di Pondok Aren Gigit Jari Rekannya hingga Putus, Kesal Teman Korban Ikut Memarkirkan Kendaraan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com