Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Aiman Witjaksono
Jurnalis

Jurnalis

Becak di Jakarta, di Mana Bakal Beroperasi?

Kompas.com - 22/01/2018, 06:18 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

MASS rapid transit (MRT) dan light rail transit (LRT) akan segera beroperasi tahun depan. Bus transkajarta juga semakin nyaman, meski perlahan. Ok-Otrip alias satu tarif untuk berbagai angkutan juga sudah mulai dijalankan.

Namun, ada satu kabar yang mengejutkan: becak akan kembali dihidupkan. Apa yang sesungguhnya terjadi?

Berbekal pertanyaan ini, saya hendak mengetahui apa yang berada di balik semua ini. Saya memang terkejut ketika saya menemukan kampung becak di sejumlah tempat di Jakarta. Setidaknya, ada sejumlah titik yang menjadi tempat kampung becak di Jakarta.

Saya berkeliling Jakarta. Ada becak di Jakarta Utara, Semper, Cilincing, dan Pademangan. Di Jakarta Pusat, Kemayoran. Kemudian terakhir di Jakarta Selatan, di Pondok Labu, dekat kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran.

Itulah tempat-tempat yang saat ini masih ada becak, dan semuanya di Ibu Kota. Ya, di Ibu Kota!

Pertanyaannya, telah berapa lama mereka berada di sana? Tak banyak, bahkan warga asli dan yang telah lama tinggal di Jakarta, bisa menjawab ini.

Jawabannya adalah puluhan tahun. Sebagian di antaranya bahkan turun-temurun. Padahal sejak Gubernur Soeprapto, persis di tahun 1985, becak resmi dilarang. Tiga puluh tiga tahun sudah.

Pertanyaannya, kenapa mereka bisa beroperasi selama ini? Saya mendapatkan jawabannya: nekat!

Salah satu penarik becak yang saya wawancara dalam program "Aiman", yang tayang pada Senin (22/1/2018) malam ini mengaku telah 15 kali terjaring razia Satpol PP.

Lalu pertanyaan saya, apakah becaknya dikembalikan setelah terjaring razia dan disita? Tidak!

Artinya, 15 kali itu pula ia harus membeli becak, yang sebagian besar berasal dari Bekasi dan Karawang, Jawa Barat. Harganya? Satu juta rupiah untuk satu becak.

Wow, bukan harga yang murah untuk membeli belasan kali. Tetapi kenapa mereka mampu, lagi-lagi jawabannya: nekat!

Sudah nyaman bekerja menjadi penarik becak, meski risiko belasan kali terjaring razia. Jangan-jangan memang pendapatannya yang lumayan?

Di tempat yang berlainan jawabannya nyaris sama, Rp 50.000 - Rp 60.000 per hari. Sebenarnya jumlah yang sangat minim, kalau tidak mau dikatakan kurang, untuk ukuran hidup di Jakarta dengan istri dan dua anak, misalnya.

Ssstt.. bahkan si bapak penarik becak yang sudah 15 kena razia ini memiliki lima anak, yang paling kecil masih bayi. Usia bapak ini sudah 55 tahun dan menikah tiga kali. Setelah istri pertama meninggal, ia menikah lagi, kemudian istri kedua pun wafat dan ia kembali menikah.

Di mana becak bakal dilegalkan?

Pertanyaan selanjutnya, di mana lokasi becak akan segera dilegalkan di Jakarta sesuai pernyataan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan?

Saya menanyakan hal teknis ini ke Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta. Jawabannya: masih dibahas. Namun, ada beberapa alternatif.

Yang pertama, di tempat yang sebelumnya sudah ada becak. Namun, ini tidak serta-merta berlaku karena RT, RW, hingga lurah akan kembali ditanya kesediaannya soal ini. Musyawarah akan dilakukan perangkat lingkungan ini dengan Pemprov DKI.

Artinya, kemungkinan besar di tiga wilayah Jakarta yang saya sebutkan diatas, bisa jadi, becak akan kembali marak. Tentu jumlahnya sangat mungkin bertambah, tinggal bagaimana pengaturannya nanti.

Saya pribadi sulit membayangkan, jika becak dilegalkan maka akan "ditahan" dengan jumlah yang sama, tidak boleh ada penambahan jumlah becak, rasanya sulit. Yang sudah ada saja, bertahan puluhan tahun, tentu keluarga, anak, dan kerabatnya di daerah, sangat mungkin untuk datang ke Jakarta dan menarik becak.

Alternatif kedua, hanya berada di tempat wisata. Ini pun saya sulit membayangkan, bagaimana pembatasan wilayah operasi mereka.

Jika becak hanya boleh di tempat wisata dan tidak boleh keluar dari lokasi itu, maka pemerintah Provinsi DKI Jakarta semestinya menggaji mereka sesuai dengan upah minimum Provinsi DKI Jakarta sebesar Rp 3,6 juta per orang.

Intinya apa pun alternatifnya, saya merasakan bagaimana menaiki becak di Jakarta di kawasan Pademangan, Jakarta Utara, menuju ke arah jalan Gunung Sahari, hampir sepanjang jalan, telinga saya seringkali saya tutup karena klakson banyak mobil bersahutan di belakang saya gara-gara laju mereka tersendat akibat becak yang dikayuh sang bapak 55 tahun ini.

Saya Aiman Witjaksono.
Salam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Argo Cheribon, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com