JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Operasional PT Hutama Karya (HK) Suroto mengatakan, menurut standard operating procedure (SOP) yang diberlakukan pihaknya, pengerjaan proyek double double track (DDT) harus dihentikan saat hujan.
"Kami mau cari tahu apakah saat hujan (pekerja) bekerja. Kami kalau kerja enggak boleh saat hujan. SOP-nya kalau hujan pasti berhenti. Nanti kami akan observasi lagi," kata Suroto di Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (4/2/2018).
Pernyataan Suroto itu terkait dengan insiden jatuhnya alat berat dan tiang penyangga proyek jalur kereta double double track di Matraman, Jakarta Timur pada Minggu dini hari menyebabkan empat orang tewas. Berdasarkan informasi pihak Kepolisian Sektor Jatinegara, insiden yang terjadi pukul 05.00 WIB itu bermula saat 5 pekerja tengah menaikkan bantalan rel dengan alat berat jenis crane. Ketika bantalan sudah berada di atas, dudukannya ternyata tidak pas sehingga bantalan rel jatuh menimpa korban.
Baca juga : Empat Jenazah Korban Jatuhnya Crane DDT Tiba di RS Polri Kramat Jati
Suroto mengatakan, tak ada sistem lembur dalam proyek pengerjaan proyek DTT Manggarai-Cikarang.
"Kami enggak ada sistem lembur, tapi sifting maksimal 8 jam," kata dia.
Ia mengatakan, pihaknya akan bertanggung jawab atas kejadian itu.
"Hutama Karya berbelasungkawa. Kami memastikan bahwa korban dan keluarga korban akan mendapatkan haknya," ujar Suroto.
Menyusul kejadian itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan petugas proyek di lapangan untuk memastikan peralatan stabil dan tak membahayakan warga sekitar.
Pembangunan proyek DDT Manggarai-Cikarang sepajang 30 kilometer mulai dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Jatinegara, Berkasi, Cibitung, dan stasiun akhir Cikarang. Pembangunan dimulai sejak tahun 2013.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.