Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Beras untuk Warga Ibu Kota

Kompas.com - 12/02/2018, 08:27 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi


JAWA TENGAH, KOMPAS.com - Jakarta yang dihuni lebih dari 10 juta jiwa membutuhkan 2.500 hingga 3.500 ton beras setiap hari. Di kota ini, nasi disajikan di warteg (warung tegal) hingga hotel bintang lima.

Tak mudah menyediakan beras di hutan beton yang minim sawah. Kira-kira 95 persen makanan yang ada di Jakarta, dipasok dari daerah lain, termasuk beras yang 20 persen dipasok dari Jawa Tengah.

Pada Kamis dan Jumat (atau 8-9/2/2018) lalu, Kompas.com mengikuti perjalanan jajaran PT Food Station Tjipinang Jaya, pengelola Pasar Induk Beras Cipinang, ke berbagai daerah persawahan di Jawa Tengah, untuk mencari beras buat warga Jakarta.

Lumbung padi yang pertama dituju terletak di Desa Mlaten, Kabupaten Demak. Desa itu punya sekitar 450 hektar tanah desa yang dikelola menjadi sawah padi organik oleh para petaninya.

"Konsep kerja sama dengan mitra sebelumnya memotong rantai distribusi. Kami datang langsung ke Bapak-Bapak tanpa perantara, kami membeli lebih murah, Bapak menjual lebih mahal," kata Frans M Tambunan, Direktur Operasional PT Tjipinang Food Station kepada para petani Desa Mlaten.

Baca juga : Harga Beras dan Daging Ayam Picu Inflasi DKI Jakarta

Saat mendengar petani bisa jual hasil tani lebih mahal, mereka bersorak dan bertepuk tangan. Frans kemudian menjelaskan, pihaknya siap membeli gabah yang dihasilkan. Gabah kering kemudian diantar ke pabrik pengolahan beras milik Paiman, mitra Food Station Tjipinang. Di pabrik, gabah akan diolah sehingga menjadi beras siap kemas. Food Station membayar gabah dari petani dan jasa pengolahan dari mitra mereka.

Selain menjanjikan harga beli yang lebih mahal dibanding tengkulak dan dipastikan di atas Rp 4.000 per kilo, Food Station juga menawarkan uang muka 50 persen sebelum panen. Sisanya dibayar kontan saat gabah sudah diterima.

"Apapun yang dikehendaki, kami ikut saja. Kalau saya pribadi dengan adanya kerja sama kaya gini menguntungkan sekali terutama buat petani seperti saya," kata Ketua Kelompok Panca Tani Demak, Salaffudin.

Bagi Salaffudin dan puluhan petani lainnya di Demak, mengurusi panen pertama di tahun 2018 yang dibarengi musim hujan saja sudah sulit. Belum lagi mencari pembeli (off taker) bagi ribuan ton gabah yang dihasilkan di Desa Mlaten.

Selama ini, mereka menjual gabah kering panen ke tengkulak, pernah dengan harga yang ditekan sangat rendah hingga Rp 2.200 per kilogram.

Direktur Utama Food Station Arief Prasetyo Adi, mengatakan misinya tak hanya menstabilkan harga beras di Jakarta, tetapi juga membagi kesejahteraan bersama para petani di daerah yang menyediakan pasokan.

"Saya mau kita kerja sama jangka panjang, kalau cuma beli sekali dua kali, saya pergi saja sekarang. Saya siap beli dengan harga rata-rata, tidak terlalu mahal atau terlalu murah, yang penting Bapak-bapak jangan selingkuh," kata Arief.

Arief menjelaskan Food Station beberapa kali diselingkuhi kelompok petani mitranya. Ketika harga beras naik, kata Arief, petani akan tergoda untuk menjual ke tengkulak yang menawarkan harga beberapa ratus perak lebih tinggi dari harga yang ditetapkan bersama Food Station. Namun ketika harga rendah, kata Arief, para petani yang mudah tergoda ini biasanya akan kembali menawarkan berasnya dijual dengan harga tidak terlalu rendah.

Tumpukan beras di Karanganyar, Jawa Tengah.KOMPAS.com/NIBRAS NADA NAILUFAR Tumpukan beras di Karanganyar, Jawa Tengah.
Memastikan kualitas

Selain ingin memotong rantai distribusi, Food Station juga mendatangi petani-petani untuk memastikan beras yang datang ke Jakarta berkualitas baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com