Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Penjual Es Kepal Milo yang Berdiri 8 Jam Melayani Pembeli

Kompas.com - 20/04/2018, 09:57 WIB
David Oliver Purba,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Ariani tak menyangka jika es milo kepal yang dijualnya menjadi viral seperti sekarang ini.

Ariani menceritakan, idenya berjualan es kepal Milo berawal saat dia ingin mengembangkan usahanya. Sebelumnya, Ariani merupakan penjual hotdog kentang yang beberapa waktu lalu juga viral.

Ariani kemudian mendapat tawaran dari temannya, seorang pengusaha, untuk membeli merek dagang atau franchise es kepal Milo.

Mendapat tawaran tersebut dan keinginan mengembangkan usaha yang dipandang tak tergerus waktu, Ariani mengambil tawaran itu.

Dengan modal awal Rp 9 juta, Ariani membeli merek es kepal Milo. Ariani menilai, harga tersebut jauh lebih murah dibanding harus membeli merek dagang es lainnya dengan modal yang jauh lebih besar.

Baca juga: Rela Antre Berjam-jam demi Es Kepal Milo yang Viral di Medsos...

"Kalau es krim kan kayaknya jualan yang bakal diminati orang terus, ya. Tetapi, awalnya itu saya enggak pernah sekalipun kepikiran ini bakal viral. Saya cuma pikir, es krim, kan, enak, nanti setiap hari bisa sekalian jualan, bisa sekalian kasih es krim untuk anak saya, he-he-he," ujar Ariani saat berbincang dengan Kompas.com di lapak miliknya yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2018).

Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Memilih berjualan di pinggir jalan

Ariani telah berjualan selama dua pekan. Dia lebih memilih berjualan di pinggir jalan karena merasa warga akan lebih tertarik membeli es tersebut dibandingkan dengan harus membuka tempat khusus semacam kafe.

Awalnya, Ariani buka mulai pukul 14.00 hingga 21.00 setiap harinya. Di awal berjualan, Ariani terkejut melihat ramainya warga yang membeli es kepal miliknya. Awal berjualan, Ariani bisa menjual 300 sampai 500 cup es kepal Milo.

Adapun untuk harga es bervariasi, mulai dari Rp 7.000 hingga Rp 12.000 tergantung ukuran dan tambahan topping yang digunakan.

Bahan yang digunakan, yaitu Milo, susu, es serut, dan tambahan berbagai topping. Alasan mengapa dinamakan es kepal karena bentuk es yang seperti dikepal menggunakan tangan.

Baca juga: Cicipi Es Dawet di Pasar Gede Solo, Begini Komentar Sandiaga Uno

Omzet Rp 5 juta per hari

Penjualan Ariani semakin laris ketika tiga hingga empat hari berjualan. Seiring ramainya pembeli dia bisa menjual sekitar 700 cup es kepal Milo per hari.

Jam buka juga semakin lama, hingga pukul 23.00. Bahan-bahan yang diperlukan juga semakin banyak.

Jika sebelumnya hanya membutuhkan 8 kg-9 kg Milo, kini Ariani bisa menghabiskan 20 kg milo, 2 lusin susu kaleng, dan 50 hingga 70 batang es per hari.

Untuk omzet kotor, setiap hari Ariani bisa mendapatkan Rp 5 juta.

Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Berdiri delapan jam layani pelanggan

Setiap hari, Ariani dibantu anak dan suaminya berjualan. Banyaknya pembeli yang datang silih berganti membuat Ariani harus berdiri delapan jam untuk melayani pelanggan.

Hal itu membuatnya kelelahan. Setiap hari Ariani juga harus pulang larut malam di atas pukul 24.00.

"Kurang tidur, kecapekan, shalat Subuh rada kesiangan karena sampai rumah itu bisa pukul 02.00 ngerapiin dagangan. Memang badan pada sakit semua, he-he-he," ujar Ariani.

Ariani mengatakan, setiap hari antrean pembeli tetap ramai. Sangkin ramainya membuat kepadatan lalu lintas karena banyak sepeda motor yang parkir di ruas jalan.

Baca juga: Lebih Tinggi Kalori Gelato atau Es Krim?

Sejumlah pengendara yang melintas kerap melontarkan kekesalan mereka dengan berteriak mengarah ke lapak Ariani.

Ariani juga mengatakan kerap menemui warga yang memaksa tetap membeli es yang dijualnya. Padahal, es tersebut telah habis.

Suatu hari, salah satu warga memaksa Ariani agar membuatkan satu cup es untuk anaknya yang telah menunggu cukup lama.

"Sampai ada yang maksa-maksa, dia bilang, 'Tolong Bu buat anak saya udah lama nunggu.' Saya bilang habis. Nah, anak saya bilang, 'Pak, gelasnya saja sudah habis, gimana mau dijual.' Nah, Bapak ini bela-belain mondar-mandir cari tempat (wadah), terus dapat deh Aqua gelas entah dari mana lalu dikasih ke kami. Ya, kami kasih ajas seberapa bisa didapat," ujar Ariani.

Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. KOMPAS.com/DAVID OLIVER PURBA Puluhan warga rela mengantri berjam-jam pada Kamis (19/4/2018) malam hanya untuk membeli sebuah minuman yang sedang viral saat ini. Warga bersedia mengantri demi mendapatkan minuman bernama Es Kepal Milo yang dijual di sebuah lapak kecil yang berada di ruas Jalan Raya Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Membuat sistem antrean

Ariani mengatakan, karena ramainya pembeli membuat sistem antrean harus diberlakukan. Ariani memberikan nomor antrean kepada setiap pembeli.

Namun, warga yang mendapat nomor antrean belakangan mengakalinya dengan menitipkan pembelian kepada pembeli yang memiliki antrean lebih awal. Itu kenapa ada pembeli yang bisa memesan es hingga 15 cup.

Baca juga: Minum Air Es Setelah Berolahraga, Baik atau Tidak?

"Dulu rusuh tuh ngantre-nya, jadi kami bikin nomor antrean. Tetapi, ya, kalau mereka sudah tahu dapat nomor (antrean) 90 nih, kan, kelamaan, jadi dia minta tolong nitip beli sama yang dapat antrean cepat. Makanya ada juga pembeli yang banyak banget belinya. tetapi, ada juga yang beli banyak memang untuk keluarganya," ujar Ariani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com