Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aman Abdurrahman Mengaku Pernah Ditawari Kompromi dengan Pemerintah

Kompas.com - 25/05/2018, 16:37 WIB
Nursita Sari,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus terorisme Aman Abdurrahman mengaku pernah ditawari peneliti asal Sri Lanka, Profesor Rohan, untuk berkompromi dengan Pemerintah Indonesia.

Kompromi itu berkaitan dengan ajaran Aman kepada murid-muridnya untuk berlepas diri dari Pemerintah Indonesia, yang disebutnya kafir karena berideologi Pancasila dan menganut sistem demokrasi.

Aman mengungkapkan, Rohan pertama kali menemui dia di sel isolasi Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, pada 21 Desember 2017. Rohan ditemani perwira pertama dan perwira menengah Densus 88.

Menurut Aman, Rohan bekerja untuk Singapura dan bekerja sama dengan Indonesia untuk mengkaji gerakan Islam.

Baca juga: Aman Abdurrahman: Silakan Vonis Seumur Hidup atau Eksekusi Mati, Tak Ada Gentar di Hatiku

Saat itu, Rohan dengan bantuan penerjemah mewawancarai Aman soal tauhid, syirik hukum dan demokrasi, status pemerintahan, khilafah Islamiyah, hingga soal hijrah.

Keesokan harinya, tanggal 22 Desember 2017, rombongan Rohan kembali menemui Aman. Rohan mewawancarai Aman soal buku dan rekaman kajian Aman yang disebarkan selama dia berada di penjara dan di luar penjara.

Tim Rohan, kata Aman, juga memvideokan wawancara yang berlangsung pukul 10.30 WIB sampai 11.30 WIB itu.

Menurut Aman, Rohan berjanji akan kembali menemuinya pada pukul 13.30 WIB. Namun, Rohan tidak datang.

Baca juga: Aman Abdurrahman: Orang yang Namakan Bom Surabaya sebagai Jihad Sakit Jiwanya

"Sang perwira (Densus 88 saat itu) berkata kepada saya, 'Pak, Profesor Rohan siang ini sedang bertemu dengan seorang pejabat tinggi negara dulu dan Insya Allah sore datang ke sini'," ujar Aman, saat membacakan pleidoi, dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (25/5/2018).

Selain itu, perwira Densus 88 itu menyampaikan video wawancara dengan Aman akan diperlihatkan kepada Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Aman mempersilakannya.

Pada sore hari itu, Rohan menemui Aman dan langsung mengajukan tiga pertanyaan.

"Pertama, ia (Rohan) berkata, 'Ustaz Aman, bagaimana kalau pemerintah ini menawarkan kepada ustaz untuk berkompromi dengan pemerintah? Bila ustaz mau berkompromi, maka akan langsung dibebaskan, dan bila tidak mau berkompromi, maka akan dipenjara seumur hidup'," kata Aman.

Baca juga: Aman Abdurrahman Bantah Terlibat Teror Bom Samarinda hingga Bom Thamrin

"Saya jawab dengan mengatakan, 'Saya tidak akan mau berkompromi dengan pemerintah ini, saya Insya Allah akan keluar dari penjara berupa mayat sebagai syahid atau keluar dalam keadaan hidup sebagai pemenang dalam prinsip ini'," lanjut Aman.

Pertanyaan yang kedua, kata Aman, Rohan mengajaknya jalan-jalan ke Museum Indonesia dengan alasan Rohan merupakan pengagum sejarah Indonesia.

Sementara pertanyaan ketiga, Aman mengaku diajak makan malam di luar tahanan pada malam hari itu. Aman menolak dua ajakan Rohan itu.

"Di dalam hati saya paham benar bahwa pertanyaan atau ajakan nomor 2 dan 3 adalah ranjau yang akan mencelakakan prinsip saya," ucap dia.

Baca juga: Pengacara Minta Hakim Bebaskan Aman Abdurrahman dari Tuntutan Mati

Aman menilai, hal tersebut menunjukkan bahwa penangkapannya bernuansa politis.

"Intinya adalah nuansa politik pemerintah ini yang bermain di mana kecemasan semua pemerintahan negara-negara dunia terhadap khilafah Islamiyah yang mengancam singgasana mereka," kata Aman.

Sebelumnya, Aman Abdurrahman dituntut hukuman mati oleh jaksa.

Jaksa menilai Aman telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana merencanakan dan/atau menggerakkan orang lain melakukan tindak pidana terorisme.

Kompas TV Terdakwa kasus bom Thamrin, Aman Abdurrahman menjalani sidang tuntutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Dianggap Menganggu Warga, Restoran di Kebon Jeruk Ditutup Paksa Pemilik Lahan

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Jemaah Haji Asal Bogor Diimbau Waspada dan Jaga Kesehatan

Megapolitan
Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Tiap Hari, Jukir Liar Minimarket di Koja Mengaku Harus Setor ke RW

Megapolitan
Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan 'Study Tour'

Aturan Walkot Depok, Dishub Wajib Rilis Surat Kelayakan Kendaraan "Study Tour"

Megapolitan
Penyelenggara 'Study Tour' di Depok Diimbau Ajukan Permohonan 'Ramp Check' Kendaraan ke Dishub

Penyelenggara "Study Tour" di Depok Diimbau Ajukan Permohonan "Ramp Check" Kendaraan ke Dishub

Megapolitan
KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

KNKT Telusuri Lisensi Pilot Pesawat Tecnam P2006T yang Jatuh di Tangsel

Megapolitan
KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

KNKT Sebut Pesawat Jatuh di Tangsel Statusnya Bukan Pesawat Latih, tapi Milik Perseorangan

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Jenazah Korban Pesawat Jatuh Telah Diambil dari RS Polri, Kini Dibawa Keluarga Menuju Rumah Duka

Megapolitan
948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

948 Calon Jemaah Haji Asal Kota Bogor Diberangkatkan pada Musim Haji 2024

Megapolitan
Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Casis Bintara yang Dibegal di Kebon Jeruk Dapat Hadiah Motor Baru

Megapolitan
Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Jenazah Korban Pesawat Jatuh di Tangsel Utuh, RS Polri: Kematian Disebabkan Benturan

Megapolitan
Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Jasad Wanita di Selokan Bekasi, Polisi Masih Dalami Dugaan Korban Hamil

Megapolitan
Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan 'Gimana' kalau Dilarang?

Muncul Lagi meski Sudah Ditertibkan, Jukir Liar di Koja: Makan "Gimana" kalau Dilarang?

Megapolitan
Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Sebelum Hilang Kontak, Pilot Pesawat Jatuh di Tangsel Sempat Hubungi Menara Pengawas

Megapolitan
KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya 'Black Box'

KNKT Pastikan Pesawat yang Jatuh di Tangsel Tidak Punya "Black Box"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com