Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga: Kegenitan Ini Berlangsung 2-3 Minggu, tapi Akhirnya PKS dan Gerindra Satu

Kompas.com - 12/07/2018, 10:53 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Dian Maharani

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Pemenangan Pemilu Partai Gerindra Sandiaga Uno menanggapi santai Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengancam mundur dari koalisi jika kadernya tak diusung dalam pilpres 2019. Sandiaga menilai ancamam itu sebagai kegenitan politik.

"Episode ini, dua tiga minggu ini kegenitan ini akan berlangsung tapi pada akhirnya kita satu kok PKS dan Gerindra kita memberikan yang terbaik bagi bangsa Indonesia," kata Sandiaga di Balai Kota, Rabu (11/7/2018).

Sandiaga bahkan menyebut Gerindra dan PKS adalah sahabat sehidup mati yang tak akan pecah kongsi.

"Kami melihat bahwa PKS mitra sejati, sekutu, malah dibilang sahabat sehidup semati bersama Gerindra. Kala yang lain meninggalkan Gerindra, PKS setia bersama Gerindra sebagai penyimbang oposisi pemerintah," ujar dia.

Baca juga: Sandiaga: PKS Mitra Sejati, Sahabat Sehidup Semati Bersama Gerindra...

Menurut Sandiaga, dalam dunia politik, semua berlangsung sangat cair dan dinamis. Tidak ada "ngotot-ngototan" dalam dunia politik. Dia pun yakin PKS juga akan bersikap seperti itu.

"Dari diskusi saya terakhir dengan PKS dan PAN juga sangat dinamis dan tidak ada yang pokok. Ya semua masih dipertimbangkan," ujar Sandiaga.

Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring, menyatakan, partainya lebih memilih pecah kongsi dengan Partai Gerindra jika kadernya tak ada yang dipilih menjadi calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto.

"Itu enggak bisa ditawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira saja dalam pilpres ini. Kalau kami disuruh dukung-dukung saja, mungkin enggak? Mungkin kami lebih baik jalan masing-masing saja," kata Tifatul.

PKS mengajukan sembilan kadernya sebagai cawapres bagi Prabowo.

Baca juga: Mardani: PKS Utamakan Kader Jadi Cawapres Ketimbang Usung Anies

Sembilan kader PKS itu adalah Gubernur Jawa Barat dari PKS Ahmad Heryawan, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden PKS Anis Matta, Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufrie, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring, Ketua DPP PKS Al Muzammil Yusuf, dan Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera.

Gerindra maupun PKS tidak cukup untuk mengusung sendiri capres-cawapres. Namun, koalisi keduanya cukup untuk mendaftarkan calon ke KPU.

Dalam Pilpres 2014, PKS bersedia mendukung Prabowo Subianto meski cawapres yang diusung bukan kadernya. Saat itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com