Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Video Warga Gelar Hajatan dan "Dangdutan" di Area Pemakaman

Kompas.com - 10/09/2018, 14:11 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Bayu Galih

Tim Redaksi

Tak masalah

Boih dan rekan-rekannya mengaku tidak mempermasalahkan lokasi yang disediakan tuan rumah untuk kelompoknya tampil.

"Ya kalau kami kan memang karena dipanggil, ya kami main saja, enggak ada masalah sih buat saya, selama kami aman," ujar Boih.

"Selama bayarannya sudah rapi, enggak ada masalah," tutur pentolan grup dangdut asal Cibubur itu.

Acara hajatan itu merupakan pesta syukuran khitanan seorang warga di Pondok Kelapa yang rumahnya berada di sekitar area pemakaman.

Boih pun mengakui ketidaktersediaan lahan di menyebabkan panggung dan tenda didirikan sangat dekat dengan pemakaman.

"Sebenarnya posisi dangdutnya enggak di makam, cuma di samping. Memang pas batas saja, memang benar. Pas batas nisan. Orang tempatnya enggak ada," kata Boih.

Tersebar luas

Boih mengaku tidak ada komentar dari warga mengenai tempat penyelenggaraan pesta di area pemakaman.

"Ya iya yang menonton di depan panggung. Ada yang di samping, ada yang di depan panggung. Tapi enggak ada yang komentar apa-apa kok. Asyik saja orang-orang, kondangan biasa di kampung, lah," ujar Boih.

Video yang beredar di Twitter, diakui Boih, bukan berasal dari dirinya. Ia pun kaget mengetahui kejadian itu tersebar secara luas.

Meski begitu, dia merasa tidak keberatan karena tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap kelompok musiknya.

"Mungkin ya, bagaimana ya, itu sebenarnya cuma iseng-iseng saja, zaman sekarang, lah. Jadi kalau menurut saya sih enggak ada pengaruh apa-apa kok. Enggak keberatan," kata Boih.

"Orang mah sekarang bukan takut sama kuburan, kuburan takut sama orang," tutur Boih sambil tertawa.

Tak layak

Sarana umum dan fasilitas publik yang digunakan untuk hajatan memang masih kerap kali terjadi di masyarakat.

Bahkan, saat ini masyarakat bersikap permisif jika ada pesta pernikahan yang digelar di jalan raya, yang menyebabkan jalan itu ditutup dan tak bisa digunakan publik.

Selain itu, sejumlah video viral juga memperlihatkan hajatan di sarana publik yang tak umum digunakan. Misalnya, saat ada pesta pernikahan yang digelar di jalan kereta api meski jalur itu tak lagi digunakan.

Mengenai pesta hajatan di pemakaman, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Sunyoto Usman, menilai bahwa hal seperti ini tidak layak dilakukan.

"Dalam masyarakat kita makam masih dihormati. Sebaiknya dihindari. Kalau dibiarkan justru dianggap benar," ujar Usman saat dimintai pendapat oleh Kompas.com, Senin siang.

Kompas TV Barang-barang yang dilempar bukan hanya pisau ada obeng gunting hingga pacul.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com