Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Bocah 13 Tahun di Palu Selamat dari Gempa Saat Shalat Maghrib

Kompas.com - 05/10/2018, 19:47 WIB
Cynthia Lova,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

PALU, KOMPAS.com - Wahyuni mengelus-elus kepala Sihab sambil memandangi kaki anaknya itu yang baru saja selesai dioperasi, di Rumah Sakit Wirabuana, Jalan Sisimangaraja, Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.

Bocah berusia 13 tahun itu harus dioperasi akibat tertimpa reruntuhan bangunan karena gempa bermagnitudo 7,4, yang mengguncang Kota Palu, Jumat (28/9/2018).

Kejadian itu terjadi saat Sihab sedang menunaikan shalat maghrib di di Masjid Angkatan Laut, kawasan Yos Sudarso, Kota Palu.

Sihab memilih menyelesaikan shalatnya, meski bangunan masjid disebut telah bergoncang akibat gempa.

Baca juga: Jalan Panjang Arif, Pekerja Masjid yang Selamat dari Gempa Palu untuk Pulang ke Garut

“Anak saya posisinya lagi shalat, dia pas gempa dia tertimpa pagar bangunan masjid saat itu,” ucap Wahyuni, di Rumah Sakit Wirabuana, Jalan Sisimangaraja, Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018).

Setelah gempa itu terjadi, ia sempat panik mencari-cari anaknya dari satu posko ke posko lainnya.

“Anak saya lagi shalat, sedangkan saya lagi di luar cari makan ya, saya cari anak saya semalaman di posko tidak ada,” cerita Wahyuni.

“Saya minta tolong tim (petugas) untuk cari anak saya di rumah saya, saya takut anak saya terjepit kan, dan sesuatu terjadi pada anak saya. Sambil menangis,” kata Wahyuni.

Setelah dilakukan pencarian semalaman, pada Sabtu (29/9/2018) pukul 09.00 Wita, akhirnya ia menemukan anaknya sedang berbaring lemah di salah satu tempat pengungsian.

“Ternyata saya diinfokan anak saya masih hidup di pengungsian. Saya langsung ke sana anak saya belum diobati,” ujar Wahyuni.

Ia langsung membawa anaknya ke Rumah Sakit Wirabuana, untuk mengobati kaki anaknya. Kaki Sihab saat itu tidak bisa digerakkan.

Baca juga: Cari Anaknya yang Hilang, Korban Gempa Palu Dapat Kabar Bayi-bayi Dibawa ke Poso

“Saya khawatir, saya lihat anak saya kakinya tidak bisa gerak, nangis-nangis ke saya. Saya langsung bawa dia kerumah sakit,” ujar dia.

Sampai di rumah sakit, Sihab saat itu ditangani sementara dengan alat seadanya di tenda darurat yang didirikan depan rumah sakit.

“Untuk sementara kaki anak saya dibungkus dengan kayu agar tidak bengkok, kemudian hari ini baru anak saya dioperasi karena kata dokternya tadi, kaki anak saya patah dan harus dioperasi, diletakkan pen di kakinya agar tidak pendek sebelah,” tutur Wahyuni.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com