JAKARTA, KOMPAS.com - Pukul 09.00 WIB hari Rabu (7/11/2018), pintu gerbang Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat dibuka.
Puluhan siswa taman kanak-kanak berbaris di depan pintu gerbang dan dipandu memasuki gedung yang terletak di samping Museum Fatahillah tersebut.
Hari ini merupakan hari terakhir penyelenggaraan pameran karya seni para narapidana (napi) bertajuk Hope Art Exhibition. Pameran digelar sejak 31 Oktober 2018.
Baca juga: Narapidana Dilibatkan dalam Bedah Rumah di Kulon Progo
Saat masuk gedung pameran, pengunjung akan melihat sebuah instalasi berbentuk sepeda motor yang terbuat dari 7.000 lintingan kertas koran yang disatukan dengan lem kertas dan lem super.
Tampilannya membuat takjub, pasalnya tiga orang napi sebagai pencipta instalasi ini sangat memperhatikan detail sehingga instalasi sangat menyerupai sepeda motor.
Tak hanya instalasi sepeda motor, lintingan koran pun disusun menyerupai manusia, kapal pesiar, pesawat, hingga rumah adat.
Di sekeliling gedung pameran, sejumlah karya seni yang dibuat napi wanita dari berbagai rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan di Indonesia ditampilkan.
Baca juga: Dirjen PAS Dorong Aturan Khusus bagi Tahanan dan Napi Lansia
Salah satunya seni rajut amigurumi. Amigurumi merupakan seni rajut tiga dimensi yang dibuat dengan pola-pola tertentu sehingga menyerupai bangun-bangun berbentuk unik.
Tentu pembuatannya memerlukan kreativitas, ketelitian, dan waktu yang tidak singkat.
Dalam pameran ini ditampilkan karya amigurumi berbentuk ubur-ubur warna-warni dengan ukuran yang besar dan jumlahnya cukup banyak.
Ubur-ubur digambarkan sebagai wujud kebebasan berkarya seni di tengah proses hukum yang harus dijalani para napi.
Karya ini dibuat dengan bahan dasar benang jenis polyester oleh 35 orang napi dari lembaga pemasyarakatan di Malang.
Tak hanya itu, berbagai kesenian lain seperti lukis, sulam, robot dari kemasan korek gas, Al-Quran raksasa, hingga batik dipamerkan dalam acara ini.
Baca juga: Desainer Kerajinan Lokal Butuh Dukungan Pemerintah
Seorang pegawai Ditjen PAS Kemenkumham, Dimas menuturkan, melalui pameran ini pihaknya ingin menampilkan sisi lain dari rumah tahanan dan lembaga pemasyarakatan.
Bahwa lapas dan rutan tak turut memenjarakan potensi seni para napi.
"Kami beri para napi kesempatan untuk berkreasi. Kami fasilitasi dengan keterampilan-keterampilan seni sehingga pada saat sudah bebas nanti para napi dapat menggunakan kemampuannya untuk mencari nafkah," ujarnya, Rabu.
Ia menuturkan, beberapa napi telah mempunyai keterampilan seni sebelum menjalani masa hukuman.
Mereka diperbantukan sebagai pelatih untuk napi lain yang belum memiliki keterampilan seni.
Baca juga: PKBI: Anak di Lembaga Pemasyarakatan Juga Bisa Berprestasi
"Banyak karya yang ditawar mahal oleh kolektor. Ada banyak karya yang sudah terjual. Tentunya napi juga memperoleh penghasilan dari sini," lanjutnya.
Dimas menuturkan, acara ini merupakan kerja sama antara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan Second Chance Foundation, yayasan yang bergerak dalam pendampingan pembinaan napi selama menjalani masa hukumannya.
Menurut Dimas, pameran ini merupakan yang keenam kalinya digelar.
Sebelum diselenggarakan di Museum Seni Rupa, pameran serupa telah diselenggarakan di berbagai tempat antara lain gedung The East, Grand Indonesia Shopping Mall, dan Jakarta Convention Center Hall Senayan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.