Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Video Warga Marah-marah ke Petugas Damkar

Kompas.com - 22/01/2019, 21:39 WIB
Ardito Ramadhan,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah video tentang petugas pemadam kebakaran (damkar) dimarahi warga saat melakukan tugas viral di sejumlah akun media sosial.

Dalam video itu, terdengar suara warga yang menyuruh petugas masuk ke dalam rumah yang terbakar. "

Wei, lu kan pakai baju anti api, masuk dong!" seru warga tersebut.

Ada lagi warga yang tampak mendorong seorang petugas untuk mendekati sumber api.

"Pemadamnya masih punya anak, takut mati. Masuk!" teriak warga lagi.

Putut Jantoko, Kepala Seksi Pemadam Kebakaran Sektor Cilincing yang juga perwira piket pada peristiwa itu membeberkan kisah di balik video tersebut.

Baca juga: Mengenal Abah Rizal, Personel Damkar Khusus Tangani Binatang Buas

Putut menuturkan, video yang viral itu diambil ketika petugas tengah memadamkan api yang melanda sebuah rumah di kawasan Tugu Utara, Jakarta Utara, 30 Desember 2018 saat dini hari.

"Pada saat bekerja ada anggota masyarakat yang tidak sabar dan tidak paham tentang pola pemadaman yang sedang dijalankan," kata Putut kepada wartawan, Selasa (22/1/2019).

Putut menilai, warga beranggapan pemadaman dapat dilakukan dengan sebatas menyemprotkan air ke area yang terbakar. Padahal, ada strategi yang diterapkan petugas dalam menjinakkan api.

Putut melanjutkan, proses pemadaman ketika itu sedikit terhambat lantaran minimnya sumber air di sekitar lokasi. Akibatnya, ada dua orang warga yang meluapkan emosinya kepada para petugas.

"Petugas kami dicaci, dimaki, disiram dengan air kotor dan disemprot mukanya dengan air dari selang namun kami tidak menghiraukan hal itu," ujar Putut.

Petugas pun tetap melanjutkan kewajibannya hingga api berhasil padam. Ketika api sudah padam, dua orang yang memaki-maki petugas itu pun menghilang begitu saja.

Direkam Petugas Damkar

Fikri Naufal, petugas damkar, merekam kejadian itu. Fikri merupakan salah satu petugas yang dikerahkan dalam operasi pemadaman tersebut.

Fikri mengatakan, dia merasa kaget saat mendengar kalimat makian yang keluar dari mulut warga. Ia baru pertama kali mendengar makian saat sedang bertugas. Namun, hal itu bukan hambatan baginya.

Baca juga: Kisah Irwan, Petugas Damkar Klaten yang 80 Kali Disengat Tawon Ndas

"Kami cuek aja, biasa aja, bodo amat gitu. Kami fokus ke pemadaman, dia omongannya saja yang ga enak. Saya pribadi itu pertama kali dan pas banget terekam," kata Fikri.

Putut menyebutkan, kejadian warga marah-marah seperti itu memang lazim dan dimaklumi bila ada warga yang merasa emosional. Namun ia menekankan bahwa petugas harus fokus dalam menjinakkan si jago merah.

"Kami hanya berikan pelatihan bagaimana cara menangani sesuai SOP, sesuai aturan yang kami punya. Apapun reaksi dari masyarakat tidak harus kami layani," ujar dia.

Ia mengedepankan komunikasi dengan warga demi menjaga emosi mereka serta bekerja sama dengan polisi untuk mengamankan petugas dalam setiap operasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Rute Transjakarta 10B Cipinang Besar Selatan-Kalimalang

Megapolitan
Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Adik Kelas Korban Kecelakaan Bus di Subang Datangi SMK Lingga Kencana: Mereka Teman Main Kami Juga

Megapolitan
Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Orangtua Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang Mendatangi SMK Lingga Kencana

Megapolitan
Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Datangi Sekolah, Keluarga Korban Kecelakaan Maut di Ciater: Saya Masih Lemas...

Megapolitan
Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Soal Peluang Usung Anies di Pilkada, PDI-P: Calon dari PKS Sebenarnya Lebih Menjual

Megapolitan
Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Polisi Depok Jemput Warganya yang Jadi Korban Kecelakaan Bus di Ciater

Megapolitan
Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Warga Sebut Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Dalam Sarung Terdengar Pukul 05.00 WIB

Megapolitan
Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Pria Dalam Sarung di Pamulang Diduga Belum Lama Tewas Saat Ditemukan

Megapolitan
Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Penampakan Lokasi Penemuan Mayat Pria dalam Sarung di Pamulang Tangsel

Megapolitan
Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Warga Sebut Ada Benda Serupa Jimat pada Mayat Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Soal Duet Anies-Ahok di Pilkada DKI, PDI-P: Karakter Keduanya Kuat, Siapa yang Mau Jadi Wakil Gubernur?

Megapolitan
Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Warga Dengar Suara Mobil di Sekitar Lokasi Penemuan Mayat Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Bungkamnya Epy Kusnandar Setelah Ditangkap Polisi karena Narkoba

Megapolitan
Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Polisi Cari Tahu Alasan Epy Kusnandar Konsumsi Narkoba

Megapolitan
Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Epy Kusnandar Terlihat Linglung Usai Tes Kesehatan, Polisi: Sudah dalam Kondisi Sehat

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com