Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lima Rencana Pembangunan Stadion BMW, Rumah Masa Depan bagi Persija

Kompas.com - 18/02/2019, 06:52 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan membangun stadion sepak bola bertaraf internasional di Taman BMW, Sunter, Jakarta Utara.

Selain bakal menjadi rumah bagi klub Persija, stadion juga bisa digunakan untuk kegiatan lain seperti konser.

Groundbreaking atau peletakan batu pertama rencananya akan dimulai Maret 2019.

Stadion diperkirakan bisa digunakan pada 2021. Berikut lima rencana terkait pembangunan stadion:

Libatkan konsultan Stadion Qatar dan Liga Primer

Direktur Proyek PT Jakpro Iwan Takwin mengatakan, stadion bertaraf internasional itu melibatkan perancang stadion untuk Piala Dunia 2022 di Qatar dan stadion klub-klub Liga Primer Inggris.

"Tim desain yang kami libatkan bukan hanya lokal, tapi (yang juga) menyediakan persiapan Piala Dunia 2022 di Qatar dan Liga Primer di UK," kata Iwan di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (15/2/2019).

Baca juga: 3 Hal yang Bikin Stadion BMW Beda dari Stadion Indonesia pada Umumnya

Iwan enggan mengungkapkan nama perancang yang dimaksud. Pasalnya, pengungkapan identitas perancang berpotensi mengintervensi lelang kontraktor yang akan digelar.

"April ada launching stadion besar, Tottenham Hotspur, nah itu adalah konsultannya yang kami libatkan. Manchester City (juga dia) yang desain," ujar Iwan.

Dalam waktu dekat, Iwan mengaku pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Federasi Sepak Bola Internasional atau The Fédération Internationale de Football Association (FIFA) untuk memastikan stadion dibangun dengan standar internasional.

"Kami mohon ke FIFA mengawal sehingga tidak ada spesifikasi yang missed," ujar Iwan.

Lebih besar dari Gelora Bung Karno

Luas lahan kawasan Stadion BMW mencapai 26 hektare. Iwan meyakini Stadion BMW akan lebih besar dari GBK.

"(Kapasitas) GBK 71.000 setelah single seat, kami lebih besar dari itu," kata Iwan.

Jika GBK hanya menampung sarana-sarana olahraga multifungsi, Stadion BMW bakal diisi dengan fasilitas komersial lain.

Suara dan pencahayaan di stadion juga ditargetkan bisa lebih canggih dari teknologi di GBK.

Begitu pula flooring atau lantai rumput yang akan digunakan di stadion.

"Kemarin GBK untuk musik atau seni bermasalah dengan rumput. Nah kami antisipasi dengan konsep desainnya ada beberapa altenatif, apakah grass-nya bisa movable. Jadi bisa dimasukin basement, atapnya juga movable," kata Iwan.

Selain rumput yang bisa dipindahkan, atap stadion juga dirancang bisa dibuka-tutup.

Di depan stadion, bakal ada plaza multifungsi yang memuat layar besar.

Baca juga: Ada Usulan, Stadion BMW Diberi Nama MH Thamrin

Layar berkapasitas besar tak hanya ada di dalam, namun juga di plaza. Plaza juga bisa dijadikan tempat salat.

Antibentrok dan anticalo

Akses tiket dan penonton juga akan diatur sedemikian rupa sehingga tak akan ada penumpukan maupun calo.

"Jadi kami punya aplikasi nantinya sistem analisis di perencanaan kami bisa menganalisa pergerakan suporter sehingga bisa termitigasi, mengantisipasi potensi bentrok saat high match," ujar Iwan.

Sistem ticketing dan akses masuk yang terintegrasi diyakini juga bakal memberantas budaya percaloan.

"Jadi nanti istilahnya tumpukan antrean orang beli tiket lagi atau calo lah sebisa mungkin kami redam. Sehingga di lapangan tidak ada lagi antrean dan keluhan dari masyarakat," ujar Iwan.

Terhubung berbagai moda

Stadion BMW diyakini bakal jadi pusat perekonomian baru dengan terhubungnya berbagai moda transportasi, mulai dari LRT, MRT, dan Transjakarta.

"Ada malnya, hotel, kantor, jadi menjadi satu kesatuan kawasan pengembangan terpadu," ujar Iwan.

Baca juga: Disiapkan Jadi Kawasan Terpadu, Stadion BMW Bakal Ada Mal, Hotel, hingga Kantor

Moda raya terpadu (MRT) fase II yang awalnya direncanakan sampai di Kampung Bandan, kini diusulkan agar melewati Ancol dan berakhir di Taman BMW.

Lahan cocok tanam untuk warga

Taman BMW yang dulunya dinaungi sekitar 4.444 keluarga, kini hanya menyisakan 533 keluarga.

Warga Kampung Bayam yang bermukim secara ilegal digusur sejak 2008 untuk pembangunan taman.

Mereka yang tersisa, kini akan dirangkul untuk sama-sama mengelola stadion.

Iwan mengatakan, ada sebagian dari 26 hektare yang tidak akan dibangun untuk warga.

Kehadiran stadion diharapkan bisa membangkitkan perekonomian warga sekitar.

"Itu jelas instruksi Pak Gubernur bahwa jangan lupakan masyarakat Kampung Bayam yang ada di situ. Dasar pemikiran kami adalah kegiatan kemasyarakatan akan kami akomodir, seperti urban farming," kata Iwan.

Baca juga: Stadion BMW Bakal Lebih Besar dari Stadion GBK

Selain itu, Iwan juga mengungkapkan adanya penataan kampung warga.

"Adapun relokasi di situ, minggu depan kami mulai koordinasi dengan Pemda DKI. Minggu kemarin hari Senin dari Asisten Perekonomian DKI sudah mengarahkan kami supaya mulai memikirkan itu, jadi bagaimana solusinya," ujar Iwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com