Keterbatasan fisik yang dialami Fauzan tidak menutup semangatnya untuk terus menimba ilmu.
Dia tetap bertekad menyelsaikan Sekolah Dasar hingga lanjut ke Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Dia tetap mau sekolah. Memang semangatnya untuk sekolah besar banget. Kalau enggak masuk sekolah dia bisa nangis," tuturnya.
Dengan modal semangatnya, dia sukses menyelesaikan Sekolah Dasar.
Sejak Fauzan divonis lemah otot, kedua tangan Winih memiliki tugas baru, yakni menggendong si bungsu ke mana pun, termasuk ke sekolah.
Terkadang ada rasa lelah yang dirasakan Winih selama menggendong Fauzan ke sekolah.
Namun rasa lelah itu terbayar dengan semangat Fauzan untuk terus belajar.
Bahkan suatu ketika, Winih pernah terjatuh saat menggendong Fauzan. Saat itu, Fauzan masih duduk di bangku SD kelas 6 dan Winih berniat menjemputnya di sekolah.
Namun di sisi lain, fisiknya sungguh kelelahan lantaran harus menjaga sang suami yang sakit keras.
Sehingga dalam perjalanan menuju rumah dengan Fauzan di tangannya, mereka berdua terjatuh.
"Pas pulang pendalaman materi saya jatuh pas gendong dia, enggak tahu tiba-tiba jatuh tersungkur," katanya sambil sedikit tertawa.
Untungnya tidak ada luka serius yang dia dan Fauzan alami saat itu.
Winih mengaku banyak yang dia rasakan selama menggendong anaknya bersekolah dan beraktivitas. Semua itu dilakukan atas dasar kasih sayangnya kepada sang putra.
"Kalau seandainya kaki saya bisa gantikan kaki Fauzan, saya tukar," ucapnya.