Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Solusi Sepinya Penumpang Angkot Imbas Transportasi Online...

Kompas.com - 22/03/2019, 08:00 WIB
Cynthia Lova,
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Sejak tahun 2017, transportasi online berkembang semakin pesat.

Hal ini berdampak bagi sejumlah pengemudi angkutan umum atau angkot, salah satunya di Kota Depok, Jawa Barat.

Satgas Organda Kota Depok Syafrial Koto mengatakan, jumlah penumpang angkot kini berkurang hingga setengah dari yang sebelumnya.

Jumlah angkot di Kota Depok yang semula 2.784 unit pun berkurang hingga setengahnya juga.

Baca juga: Bagaimana Penumpang Angkot Tak Berkurang? Grab Car Itu Bisa Angkut Sekaligus 4

"Jadi yang biasanya bawa 12 orang sekarang bawa enam orang di angkot," ucap Syafrial di Terminal Depok, Kamis (21/3/2019).

"Bagaimana tidak berkurang, GrabCar itu dapat mengangkut sekaligus empat orang yang harusnya bisa jadi penumpang kami (angkot)," ujar Syafrial.

Ia menyebut, integrasi Terminal Depok dengan stasiun commuter line tidak membawa perubahan berarti dalam peningkatan jumlah penumpang angkot.

Sementara itu, sopir angkot di Terminal Depok, Jeje Suhendang, menilai angkot sudah kalah saing dengan transportasi online.

Pengemudi angkot D 110 Terminal Depok-Cinere itu mengatakan, penghasilannya ikut menurun setelah kalah bersaing dengan transportasi online

Biasanya, ia mendapatkan Rp 150.000 dalam sehari. Namun sejak ada transportasi online, ia hanya mendapat Rp 50.000 per harinya. 

"Nih kami dapat Rp 270.000, buat setoran angkot Rp 120.000, buat uang bensin lagi Rp 100.000. Ya sudah sisanya baru buat saya palingan dapat Rp 50.000," ucap Jeje.

Usulan

Oleh karena itu, Organisasi Angkutan Darat (Organda) mengusulkan beberapa jenis angkot yang dapat mengimbangi pesatnya perkembangan transportasi online.

Mereka mengusulkan angkutan kota dijadikan angkutan kawasan yang melayani door to door atau hingga depan rumah dan berbasis aplikasi.

Baca juga: Curhat Sopir Angkot, Penghasilan Berkurang karena Ojek Online

“Kami antarkan sampai depan rumah dengan angkutan lebih kecil atau angkutan kawasan dengan berbasis aplikasi online. Nantinya juga pembayarannya melalui uang nontunai sehingga memudahkan penumpang,” ujar Syafrial.

Selain itu, Organda juga tengah menyiapkan angkot yang dilengkapi dengan pendingin udara.

Mengenai angkutan berpendingin udara (AC) ini, Organda menyiapkan empat jenis angkutan, yakni angkutan medium 3/4 dengan AC, angkutan kecil AC, angkutan kawasan, dan angkutan berupa bus wisata di Depok.

Untuk mewujudkan hal tersebut, Abdul meminta Pemkot Depok untuk menyiapkan regulasi terkait perubahan pelayanan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Usahanya Ditutup Paksa, Pemilik Restoran di Kebon Jeruk Bakal Tempuh Jalur Hukum jika Upaya Mediasi Gagal

Megapolitan
Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Aktor Utama Pabrik Narkoba di Bogor Masih Buron, Polisi: Sampai Lubang Semut Pun Kami Cari

Megapolitan
Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Polisi Amankan 8 Orang Terkait Kasus Pembacokan Remaja di Depok, 4 Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Bukan Melompat, Disdik DKI Sebut Siswa SMP Jaksel Terpeleset dari Lantai 3

Megapolitan
Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Insiden Siswa SMP Lompat dari Lantai 3, KPAI Minta Disdik DKI Pasang Sarana Keselamatan di Sekolah

Megapolitan
3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

3 Saksi Diperiksa Polisi dalam Kasus Dugaan Penistaan Agama yang Jerat Pejabat Kemenhub

Megapolitan
Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Seorang Pria Tewas Tertabrak Kereta di Matraman

Megapolitan
Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Disdik DKI Bantah Siswa di Jaksel Lompat dari Lantai 3 Gedung Sekolah karena Dirundung

Megapolitan
BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

BNN Masih Koordinasi dengan Filipina Soal Penjemputan Gembong Narkoba Johan Gregor Hass

Megapolitan
Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Polisi Minta Keterangan MUI, GBI, dan Kemenag Terkait Kasus Dugaan Penistaan Agama Pendeta Gilbert

Megapolitan
Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Walkot Depok: Bukan Cuma Spanduk Supian Suri yang Kami Copot...

Megapolitan
Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Satpol PP Copot Spanduk Supian Suri, Walkot Depok: Demi Allah, Saya Enggak Nyuruh

Megapolitan
Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Polisi Bakal Panggil Indonesia Flying Club untuk Mengetahui Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Megapolitan
Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Siswi SLB di Jakbar Dicabuli hingga Hamil, KPAI Siapkan Juru Bahasa Isyarat dan Pendampingan

Megapolitan
Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Ada Pembangunan Saluran Penghubung di Jalan Raya Bogor, Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com