Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemulung Pun Merugi akibat Kerusuhan 22 Mei...

Kompas.com - 24/05/2019, 04:24 WIB
Vitorio Mantalean,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap hari, Mario (49) memulung sampah di kawasan Sarinah Jakarta Pusat dan berhasil mengumpulkan sekarung besar sampah botol plastik pada tengah hari. Namun, pada Kamis (23/5/2019) ini, Mario tidak seberuntung biasa.

Kerusuhan 22 Mei yang terjadi hingga Kamis dini hari di depan Kantor Bawaslu RI itu membuat Mario tak berani mendekati kawasan Sarinah.

"Tembak-tembakan masih sampai pagi itu. Saya mana berani dekat-dekat, sampai kabur saya ke depan Kedutaan Amerika," ujar Mario.

"Hampir juga itu saya pas kabur kena peluru nyasar. Sampai ke kaki sini saya. Dia (polisi) kira saya rusuh juga padahal mulung, tetapi dihantam juga. Ya, saya mana berani," kata dia.

Padahal, sebelum kericuhan pecah, sampah kemasan makanan, termasuk botol-botol plastik incaran Mario, begitu banyak berserakan di mana-mana.

Baca juga: Panah yang Digunakan Perusuh 22 Mei Diduga Dicampur Zat Tertentu

Akibat kericuhan yang berlangsung hingga pagi, Mario bisa memulung agak siang, atau ketika suasana berangsur kondusif.

"Biasanya saya tuh sudah (memulung) dari subuh, paling telat dari pagi. Tapi, saya baru mulai keliling jam 10-an tadi," ucap Mario ketika ditemui Kompas.com sedang memanggul karung berisi botol-botol plastik di Jalan KH Wahid Hasyim.

Pemulung lain bernama Tohar (52) yang ditemui Kompas.com di Jalan KH Wahid Hasyim pun mengalami nasib serupa.

Tohar menyebut bahwa "barang buruan"-nya sudah diangkut oleh petugas kebersihan pada pagi hari.

"Buruan kita keburu habis, kebalap kita sama PPSU itu. Mereka kan banyak orangnya terus langsung ngangkut pakai truk banyak berjejer," ujar Tohar.

Memang, pagi tadi, sejumlah petugas gabungan bahu-membahu mengangkut sampah yang berserakan di sekitar Bawaslu.

Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Megantara menyebut, 25 truk sampah dikerahkan guna menyapu bersih sampah di sana.

"Kayaknya malah dapat lebih sedikit daripada biasa ini mah. Enggak tahu nanti ditimbang berapa, cuma biasanya enggak pernah sampai sore begini kita masih ngubek-ngubek tetapi belum nimbang sama sekali," kata dia lagu.

Satu lagi yang dikeluhkan para pemulung yakni sisa gas air mata yang masih mengendap di sekitar Bawaslu.

Baca juga: Warung Mi Instan Dibakar Perusuh 22 Mei, Suhama Pulang Kampung...

Semalam, selama bentrokan dengan massa, tak terhitung berapa kali polisi menembakkan gas air mata.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com