Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disdik Jabar: Pendaftar PPDB di Depok Membeludak karena Sekolah Tidak Merata

Kompas.com - 19/06/2019, 19:46 WIB
Cynthia Lova,
Dian Maharani

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com – Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Jawa Barat, Dadang Ruhiyat mengatakan, membludaknya masyarakat selama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lantaran tidak meratanya jumlah sekolah negeri yang ada di beberapa wilayah khususnya di Depok.

“Seperti di Depok, jumlah sekolahnya sih ada 13, dari 11 kecamatan, tapi tidak merata seperti di Kecamatan Beji tidak ada sekolah negeri,” ujar Dadang di SMAN 1, Depok, Rabu (19/6/2019).

Menurutnya, pelaksanaan PPDB akan lebih baik apabila sekolah SMA di Depok dibangun merata.

Baca juga: Diprotes Wali Murid, PPDB Sistem Zonasi Jatim Ditutup Sementara

Idealnya satu kecamatan memiliki satu sekolah, dilihat dari jumlah penduduk yang ada dalam kecamatan tersebut.

Ia mengakui, pihaknya belum siapkan anggaran khusus untuk pembangunan sekolah di Depok.

"Seperti di Beji kan harga tanah tinggi, kami tidak memiliki anggaran lebih," ujarnya.

Dadang berharap, pemerintah Kota Depok dapat membantu menambah anggaran pembangunan sekolah SMA negeri di Depok.

"Memang sebenarnya harus ada kerja sama antara Pemkot Depok dengan Pemprov ya terkait pembangunan sekolah karena kan ini juga buat warga Depok juga nantinya," ucapnya.

Lebih jauh, Dadang mengatakan, pada pelaksanaan PPDB tahun 2019 ini, pihaknya mengklaim telah antisipasi agar tidak terjadi pembeludakkan dengan sosialisasi.

“Sebelum pelaksanaan PPDB ini, kami sudah lakukan sosialisasi mulai dari sekolah-sekolah negeri bahkan hingga tingkat kecamatan,” kata Dadang.

Baca juga: Mendikbud Minta Orangtua Tidak Resah soal Zonasi PPDB 2019, Alasannya?

Dalam sosialisasi tersebut, kata Dadang, pihaknya menjelaskan sistem PPDB yang menggunakan tiga jalur yakni jalur zonasi, prestasi dan perpindahan tugas orang tua.

Selain itu, ia juga mengatakan, pihaknya telah menyampaikan informasi terkait kapasitas penerimaan pada masing masing sekolah yang rata-rata hanya sekitar 300 siswa.

“Tapi kelihatannya gambling orangtuanya itu, padahal sudah jelas kemampuannya (sekolah) itu hanya 300 hingga 360an, dan itu pun terbagi zonasi, perpindahan dan prestasi,” kata Dadang.

Namun, adanya informasi yang beredar tentang diharuskannya masyarakat datang lebih pagi ke sekolah jika ingin diterima membuat masyarakat terhasut.

“Padahal tidak perlu datang berbondong-bondong atau lebih pagi, pendaftaran dibuka panjang dan haknya sama. Adanya informasi hoaks ini akan jadi evaluasi kita ke depannya,” kata Dadang.

Pendaftaran PPDB dibuka sejak Senin (17/6/2019) hingga Sabtu (22/62019). Adapun tiga aspek penerimaan PPDB 2019, jalur zonasi, prestasi dan perpindahan tugas orang tua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com