Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Jera Digusur Jadi Bagian Kisah Mereka yang Bertahan Hidup di Bangunan Liar Kanal Banjir Barat

Kompas.com - 04/07/2019, 17:42 WIB
Verryana Novita Ningrum,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Bangunan liar yang terbuat dari kayu, terpal, dan papan seadanya berjejer di Kanal Banjir Barat di Jati Pulo, Jakarta Barat.

Di tempat itu, Kuwatno (41) bertahan hidup seorang diri. Dengan terpal berwarna biru seadanya dia tidur di bawahnya.

Hanya ada kursi panjang berwarna hijau dan beberapa baju Kuwatno di dalam terpal itu. Ada pula gerobak yang digunakan Kuwatno untuk bekerja sehari-hari.

Kuwatno yang sehari-harinya bekerja sebagai pemulung mengaku terpaksa tinggal di bangunan liar itu. Sebab, penghasilan sehari-harinya tidak cukup untuk menyewa rumah atau kos.

Baca juga: Jadi Kawasan Kumuh, Gubuk Liar Penuhi Bantaran Kanal Banjir Barat

"Saya sehari paling dapat Rp 60.000, paling banyak Rp 100.000, itu hanya untuk makan sama sisihkan untuk di kampung," katanya saat ditemui Kompas.com, Kamis (4/7/2019).

Tekanan hidup kian terasa kala dia harus menafkahi istri dan menyekolahkan dua anaknya di kampung. Karena alasan inilah Kuwatno terpaksa membangun bangunan liar itu meski berkali-kali diperingatkan dan digusur Satpol PP.

"Ya, paling besoknya (setelah digusur) saya sudah balik lagi. Kalau pas digusur gitu, numpang tidur di pul tempat jual barang-barang ini," katanya.

Warga lain, Sugiman, yang tinggal di sebelah Kuwatno juga mengatakan hal yang tak jauh berbeda.

Baca juga: Ada Sampah TV hingga Kandang Ayam, Kanal Banjir Barat bak Supermarket di Sungai

Laki-laki berusia 63 tahun itu mengaku tak lagi memiliki keluarga dan tempat tinggal.

"Terpaksa tinggal di sini untuk bertahan hidup saja, sampai kapan, entah," katanya.

Dia juga mengaku berkali-kali dugusur, tetapi tidak membuatnya jera akan hal itu.

"Bukan hanya digusur, di sini juga banyak preman. Dompet saya sering hilang, sering ditendang sama mereka, dipaksa kasih uang, tapi bertahan saja," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com