Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencoba Bangkit di Tengah Puing...

Kompas.com - 15/07/2019, 08:49 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

AKARTA, KOMPAS.com - Terik matahari bersemayam di atas langit Kota Jakarta yang terpapar polusi udara.

Pun begitu udara di Jalan Lebak Swadaya I Kampung Bali Matraman RW 07, Tebet, Jakarta Selatan yang masih terpapar debu puing setelah musibah kebakaran yang terjadi pada Rabu (10/7/2019).

Menjelang malam, Minggu (14/7/2019), binatang kecil tiba-tiba riuh bersuara. Waktu menunjukkan pukul 17.58 WIB, tepat setelah adzan Maghrib berkumandang di sekitaran lokasi pengungsi korban kebakaran, Tebet, Jakarta Selatan.

Membubung suara binatang kecil itu dengan lincah. Wujudnya mungkin tak terlihat, namun suara mendengungnya selalu terdengar bising di telinga.

Suara itu akan sangat mengganggu saat tidur di malam hari, menghilangkan mimpi indah bagi pengungsi korban kebakaran Tebet.

Bunyi dengungan itu tetap terdengar sekalipun sudah menggunakan "lotion" antinyamuk, bahan alami pengusir nyamuk, sampai obat nyamuk.

Si nyamuk ternyata lebih suka berkumpul dan membuat bunyi-bunyian bising di sekitar telinga.

Debu puing, bau 'lotion', suara nyamuk, dan suasana udara yang panas menjadi satu, menjadi bagian yang harus dilalui bagi para pengungsi setiap malamnya.

"Ikhlas saja, suasananya sudah seperti ini, kalau kantuk sudah menyerang, tidak terasa gigitan maupun suaranya," ujar staf Rukun Warga 07, Pudri kepada Antara di Jakarta, Minggu, seperti dikutip Antara.

Namun, tak jarang pula anak-anak yang tiba-tiba terbangun dari tidur pada dini hari, karena gigitan nyamuk maupun udara panas tenda pengungsian.

"Keterbatasan kipas angin, itu mungkin menjadi salah satu faktor udara panas dan nyamuk yang mengganggu warga beristirahat di tenda pengungsian," katanya.

Ia berharap, warga korban kebakaran dapat mencari tempat lain yang lebih nyaman, seperti kediaman keluarganya atau menyewa rumah sementara agar anak-anak dapat tempat yang lebih nyaman, dan tidak mengganggu aktivitas sekolahnya.

"Tidak mungkin terus-terusan tinggal di tenda maupun rumah ibadah, garasi, maupun ruang kosong di rumah milik warga lainnya. Sebagian memang ada yang mengungsi ke tempat keluarganya dan ada juga yang menyewa rumah," katanya.

Namun, lanjut dia, jumlah pengungsi ke luar lokasi musibah tidak lebih banyak dibanding yang masih mengungsi.

Menurut dia, faktor uang menjadi salah satu permasalahan yang membuat korban bertahan di tempat pengungsian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Ada 292 Aduan Terkait Pembayaran THR 2024 Lewat Website Kemenaker

Megapolitan
Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Bantah Gonta-ganti Pengurus Tanpa Izin, Ketua RW di Kalideres: Sudah Bersurat ke Lurah

Megapolitan
Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Pelaku Pelecehan Payudara Siswi di Bogor Diduga ODGJ, Kini Dibawa ke RSJ

Megapolitan
Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Longsor di New Anggrek 2 GDC Depok, Warga: Sudah Hubungi Semua Pihak, Tidak Ada Jawaban

Megapolitan
Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Cuaca Panas Ekstrem di Arab Saudi, Fahira Idris Minta Jemaah Haji Jaga Kondisi Fisik

Megapolitan
Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Mahasiswa Dikeroyok di Tangsel, Setara Institute Minta Hentikan Narasi Kebencian Pemicu Konflik

Megapolitan
Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Khawatir Kalah karena Politik Uang, Hanya 1 Kader PKB Daftar Pilkada Bogor

Megapolitan
Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Dari 11, 4 Aduan Pekerja di Jakarta Terkait Pembayaran THR 2024 Telah Ditindaklanjuti

Megapolitan
Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Ketum PITI Diperiksa Polisi Terkait Laporan Terhadap Pendeta Gilbert

Megapolitan
Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Lurah di Kalideres Tak Masalah jika Digugat soal Penonaktifan Ketua RW, Yakin Keputusannya Tepat

Megapolitan
Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Polisi Selidiki Kepemilikan Pelat Putih Mobil Dinas Polda Jabar yang Kecelakaan di Tol MBZ

Megapolitan
Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Hanya 1 Kader Daftar Pilkada Bogor, PKB: Khawatir Demokrasi Rusak seperti Pemilu

Megapolitan
Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Pemkot Tangsel Bakal Evaluasi Ketua RT-RW Imbas Pengeroyokan Mahasiswa

Megapolitan
Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Meski Tersangka Sudah Ditetapkan, Polisi Sebut Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, 'Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan'

Mengingat Lagi Pesan yang Ada di STIP, "Sekolah Ini Akan Ditutup Jika Terjadi Kekerasan"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com