Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencoba Bangkit di Tengah Puing...

Kompas.com - 15/07/2019, 08:49 WIB
Sandro Gatra

Editor

Sumber Antara

Ia menambahkan, tidak hanya orang dewasa, anak-anak setidaknya juga mengalami trauma. Namun, dirinya bersyukur, banyak komunitas yang membantu dengan menerjunkan psikolog dan konselor kejiwaan untuk mendampingi anak-anak korban kebakaran.

"Alhamdulillah banyak bantuan datang termasuk ada psikolog untuk mengurangi trauma yang dialami anak-anak" katanya.

Sementara itu, salah satu warga, Sukardi (69) menyambut antusias angan-angan Pudri yang berencana mengadakan wisata.

Ia mengaku sudah lama tidak berwisata ke suatu tempat rekreasi untuk sekedar melepas penat.

"Ide bagus tuh kalau semua sudah beres, kita ramai-ramai piknik," ucapnya dengan nada riang.

Masih ingat betul suasana mencekam bagi Sukardi ketika terjadi musibah kebakaran pada Rabu, 10 Juli 2109. Auman sirene mobil pemadam kebakaran bersambut kepanikan warga.

Ada yang berlari keluar gang setapak, ada yang masuk ke dalam rumah mencari barang berharga yang bisa diselamatkan, ada juga yang berteriak histeris dan tak tahu apa yang harus diperbuat.

Ketika itu, ia mengambil inisiatif meminta kepada perempuan dan anak-anak untuk pergi dari kawasan padat pemukiman Kampung Bali Matraman, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.

"Yang laki-laki jangan kemana-mana, siapin ember, ambil air bantu padam api. Yang perempuan dan anak-anak keluar, selamatkan diri," cerita Sukardi ketika itu dengan berteriak.

Api berkobar sekitar pukul 10.50 WIB. Pemadam Kebakaran (Damkar) DKI Jakarta berhasil memadamkan kebakaran di permukiman padat penduduk tersebut sekitar pukul 15.30 WIB

Rumah padat penduduk itu berlokasi di RW 07, terdiri dari RT 04, RT 05, RT 10, RT 11, RT 12, dan RT 13.

Sebanyak 169 rumah dilalap si jago merah. Terdapat 239 KK, sebanyak 856 jiwa menjadi korban kebakaran.

Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, kebakaran diduga dipicu meledaknya kompor salah satu warga setempat.

Ke depan, Pudri beserta jajaran pengurus RW akan lebih gencar melakukan sosialisasi kepada warga mengenai pemasangan instalasi listrik dan penggunaan kompor yang sesuai dengan standar keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Saat ini, Pudri dan warga memang tidak bisa berbuat banyak, hanya satu yang dipikirkan, yakni bangkit dan tidak larut dalam kesedihan dan anak-anak kembali riang serta lincah berlarian di gang-gang jalan sempit kampung.

Tinggal di dalam rumah seperti sebelum terkena musibah dengan nyaman, tanpa diganggu dengungan atau gigitan serangga yang ganas. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com