Ia menambahkan, tidak hanya orang dewasa, anak-anak setidaknya juga mengalami trauma. Namun, dirinya bersyukur, banyak komunitas yang membantu dengan menerjunkan psikolog dan konselor kejiwaan untuk mendampingi anak-anak korban kebakaran.
"Alhamdulillah banyak bantuan datang termasuk ada psikolog untuk mengurangi trauma yang dialami anak-anak" katanya.
Sementara itu, salah satu warga, Sukardi (69) menyambut antusias angan-angan Pudri yang berencana mengadakan wisata.
Ia mengaku sudah lama tidak berwisata ke suatu tempat rekreasi untuk sekedar melepas penat.
"Ide bagus tuh kalau semua sudah beres, kita ramai-ramai piknik," ucapnya dengan nada riang.
Masih ingat betul suasana mencekam bagi Sukardi ketika terjadi musibah kebakaran pada Rabu, 10 Juli 2109. Auman sirene mobil pemadam kebakaran bersambut kepanikan warga.
Ada yang berlari keluar gang setapak, ada yang masuk ke dalam rumah mencari barang berharga yang bisa diselamatkan, ada juga yang berteriak histeris dan tak tahu apa yang harus diperbuat.
Ketika itu, ia mengambil inisiatif meminta kepada perempuan dan anak-anak untuk pergi dari kawasan padat pemukiman Kampung Bali Matraman, Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan.
"Yang laki-laki jangan kemana-mana, siapin ember, ambil air bantu padam api. Yang perempuan dan anak-anak keluar, selamatkan diri," cerita Sukardi ketika itu dengan berteriak.
Api berkobar sekitar pukul 10.50 WIB. Pemadam Kebakaran (Damkar) DKI Jakarta berhasil memadamkan kebakaran di permukiman padat penduduk tersebut sekitar pukul 15.30 WIB
Rumah padat penduduk itu berlokasi di RW 07, terdiri dari RT 04, RT 05, RT 10, RT 11, RT 12, dan RT 13.
Sebanyak 169 rumah dilalap si jago merah. Terdapat 239 KK, sebanyak 856 jiwa menjadi korban kebakaran.
Berdasarkan keterangan sejumlah saksi, kebakaran diduga dipicu meledaknya kompor salah satu warga setempat.
Ke depan, Pudri beserta jajaran pengurus RW akan lebih gencar melakukan sosialisasi kepada warga mengenai pemasangan instalasi listrik dan penggunaan kompor yang sesuai dengan standar keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat ini, Pudri dan warga memang tidak bisa berbuat banyak, hanya satu yang dipikirkan, yakni bangkit dan tidak larut dalam kesedihan dan anak-anak kembali riang serta lincah berlarian di gang-gang jalan sempit kampung.
Tinggal di dalam rumah seperti sebelum terkena musibah dengan nyaman, tanpa diganggu dengungan atau gigitan serangga yang ganas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.