Kopral punya tiga orang anak. Seluruhnya sudah bekerja. Sementara itu, sang istri telah menceraikannya karena Kopral tak pulang-pulang ke rumah.
Setelah ditinggal istri, Kopral tinggal seorang diri di sebuah rumah semipermanen di bantaran rel kereta api. Menggunakan sepeda motor hitam butut yang ia dapatkan seharga Rp 400.000, ia menekuni pekerjaan sebagai penjaga perlintasan sebidang tiap hari.
Namun, saat dilanda sakit, Kopral pilih istirahat di rumahnya. Ia merasa tak mampu bekerja optimal.
"Kalau sakit ya enggak bisa silat!" kata dia dengan logat Betawi yang lumayan kentara.
Baca juga: Pengendara Motor Tewas Tertabrak Kereta Api di Perlintasan Tanpa Palang Pintu
Memang, begitu penting arti gerakan silat bagi Kopral. Ketekunannya beraksi semacam ini membuatnya dikenal luas, termasuk oleh sopir-sopir angkot hingga polisi.
Berbekal popularitas jenis itu, ia pun percaya diri saja melanglang ke mana-mana, meskipun tanpa membawa sangu di saku atau tak membawa surat-surat kelengkapan motornya.
"Motor enggak ada suratnya. Polisi enggak berani sama saya, dia sudah tau sama saya, kalau di daerah Bekasi. Percuma (polisi) bawa (motor) ke polres juga, paling (polisi) ketawa doang," kata Kopral.
"Jarang bayar juga saya mah naik angkot. Pada enggak mau dibayar sama saya," imbuhnya.
Tak ingin berlama-lama, Kopral pun pamit. Ia menuju sepeda motornya yang terparkir tepat di tepi portal perlintasan rel. Setelah menyelahnya berulang kali, ia pun beringsut menuju rumahnya di bantaran kali dengan motor yang tak henti memuntahkan asap hitam dari knalpotnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.