Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

43 Ekor Ikan Koi Peliharaan JJ Rizal Mati akibat Pemadaman Listrik

Kompas.com - 06/08/2019, 16:20 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemadaman listrik di sejumlah wilayah pada Minggu (4/8/2019) hingga Senin (5/8/2019) menyebabkan aktivitas warga terganggu bahkan merugi.

Sejarawan JJ Rizal misalnya. Kata dia, akibat pemadaman listrik selama dua hari itu, 43 ekor ikan koi peliharaan di rumahnya mati.

Sejak enam tahun yang lalu Rizal telah memelihara ikan koi itu sebagai bagian dari ekosistem rumahnya agar tampak asri.

 Sejarawan JJ RIzal siap melangkah bakal calon Wali Kota Depok di pemilu kepala daerah Depok 2015 mendatang. JJ RIzal yang juga pengamat kota kini mulai membuka diskusi publik atas problematika Depok yang perlu dibenahiKOMPAS.com/ ADYSTA PRAVITRARESTU Sejarawan JJ RIzal siap melangkah bakal calon Wali Kota Depok di pemilu kepala daerah Depok 2015 mendatang. JJ RIzal yang juga pengamat kota kini mulai membuka diskusi publik atas problematika Depok yang perlu dibenahi
"Jadi rumah gue itu seluruh air hujannya itu dipanen, bukan dibuang tapi buat ngisi kolam ikan," ujar Rizal saat dihubungi, Selasa (6/8/2019).

Baca juga: Akibat Pemadaman Listrik, Ikan Koi Dagangan di Pasar Ikan Kartini Mati Lemas

Ia mengatakan, koi yang dipeliharanya itu bukanlah koi mahal seperti layaknya pekontes koi.

Koi miliknya dibeli di Pasar Parung dari petani ikan khusus untuk memperindah rumahnya di kala pertama ia menempati kediaman di kawasan Depok.

Pendiri penerbitan Komunitas Bambu itu sudah menganggap koi peliharaannya sebagai "anak".

Sebab di kala ia sedih, koi itulah yang membuat dirinya tersenyum kembali.

Rizal mengatakan, koi peliharaannya berbeda dengan koi-koi lainnya. Ia menilai koi miliknya itu cukup kuat dengan segala kondisi.

"Koi itu kan enggak biasa diekspos di ruang terbuka secara langsung atau kena matahari, malah justru gue kenain matahari. Terus kan biasanya enggak boleh kena hujan, nah gue justru pake air hujan, jadi ini gue melihara koi jadi bagian bagaimana koi jadi ekosistem rumah," cerita Rizal.

Baca juga: Dampak Pemadaman Listrik, Puluhan Ikan Manfish Mati di Pasar Ikan Hias Gunung Sahari

Ketika mati lampu, ia mengatakan, koinya itu masih dalam keadan hidup dengan bantuan aerator yang dapat menyimpan daya listrik dan menghasilkan gelembung.

Namun, aerator itu hanya bisa bertahan selama paling panjang enam jam.

Sementara listrik padam di rumahnya kala itu lebih dari enam jam hingga membuat ikan koinya mengambang berjuang hidup.

Melihat keadaan koinya yang mengenaskan, ia pun langsung membuat alternatif gelembung dengan membuat pancuran dari ember besar agar ada pasokan oksigen.

"Sempat hidup meski lembah keadaan ikannya, tetapi sampai air habis di tangki ternyata listrik masih juga padam," katanya.

Baca juga: Mati Listrik Rugikan Dunia Usaha, Kadin DKI Tunggu Kompensasi dari PLN

Setelah itu, Rizal meninggalkan kolam agar koi miliknya tidak kaget dan terganggu.

Namun, begitu tengah malam, Rizal kaget melihat ikan koinya telah mengapung tak bernyawa.

"Sudah tak sampai hati menengok koi karena sudah dapat menebak pasti semua sudah mati, Senin itu," katanya.

Pada pukul 01.30 WIB dini hari Rizal dibantu sahabatnya langsung menggali lubang untuk mengubur ikannya.

"Saya mengubur hanya dibantu dengan cahaya emergency lamp yang mulai redup dengan betapa sedihnya saya kala itu," ujarnya.

Baca juga: Dalam Dua Hari Terjadi 40 Kebakaran di Wilayah DKI Jakarta dengan 5 Korban Jiwa

Selesai mengubur ikannya, Rizal mencari tahu apa penyebab listrik di rumahnya padam. Namun, pernyataan PLN kala itu membuat dirinya kecewa.

"Kurang ajar sekali dia, tidak paham dirinya adalah pejabat negara bukan pemuka agama. Seharusnya yang pertama dinyatakan ia menyatakan maaf lalu siap mengganti kerugian. Namun, mereka seperti tidak tanggung jawab," katanya.

Meski demikian, Rizal sudah ikhlas dengan kepergian koi kesayangannya itu.

"Iya sudah ikhlas, tapi sedih aja biasa pulang ke rumah liat koi-koi jadi ramai sekarang udah tidak bisa lihat mereka lagi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

UPRS IV: Banyak Oknum yang Mengatasnamakan Pengelola dalam Praktik Jual Beli Rusunawa Muara Baru

Megapolitan
9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

9 Jam Berdarah: RN Dibunuh, Mayatnya Dimasukkan ke Koper lalu Dibuang ke Pinggir Jalan di Cikarang

Megapolitan
Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Seorang Remaja Tenggelam di Kali Ciliwung, Diduga Terseret Derasnya Arus

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok: Malam Ini Hujan Petir

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

[POPULER JABODETABEK] Mobil Terbakar di Tol Japek Arah Cawang | Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi Ditangkap

Megapolitan
Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com